Blogger Muslim Sejati

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Tersebar kabar tadi malam Kiai Kharismatik Nahdlatul Ulama yaitu Syaikhuna Maimoen Zubair mendukung dan untuk dikabarkan kepada Santri dan A...

Muslim Sejati , KH Maimun Zubair: Tolong Sampaikan Pada Santri dan Alumni Saya Pilih Jokowi

Tersebar kabar tadi malam Kiai Kharismatik Nahdlatul Ulama yaitu Syaikhuna Maimoen Zubair mendukung dan untuk dikabarkan kepada Santri dan Alumni bahwa beliau memilih Pak Jokowi dan KH Ma’ruf Amin, berikut pernyataan selengkapnya yang diposting santri beliau ‘Kanthongumur’:

Pada hari Ahad Legi, 28 Oktober 2018 setelah maghrib Syaikhina Maimoen Zubair menemui tamu. Setelah adzan isya’ ada tamu yang diantar oleh salah seorang menantu Syaikhina. Tamu pun berpamitan menjelang pukul sembilan.


Setelah itu Syaikhina bercerita banyak tentang berbagai kejadian akhir-akhir ini dan memberikan ilmu yang dalam serta hikmah yang bisa diambil. Hanya ditemani oleh beberapa anggota keluarga dan anak Ndalem, Beliau masih memberikan pelajaran berharga kepada kami sampai sekitar pukul sepuluh malam, tetap di tuang tamu.

Kemudian Syaikhina pun beranjak menuju kamar dan masih terus memberikan banyak pelajaran berharga dan ditemani oleh kita bertiga, ketua ndalem, anak ndalem bagian penjadwalan serta anak kecil ini.

Beliau pun memberikan perintah kepada kami bertiga:

“UNTUK MEMBERITAHUKAN KEPADA PARA SANTRI DAN ALUMNI BAHWA MBAH MAIMOEN ZUBAIR MEMILIH CALON PRESIDEN URUT 01 BAPAK JOKO WIDODO”.



from MUSLIM SEJATI http://bit.ly/2T0XI3w
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Aksi heroik Kusworo ini mengamankan warga Asing yang menggunakan 3 mobil roda empat dari ratusan massa tolak tambang emas di blok Silo yang ...

Karakteristik Muslim Sejati , Kapolres Jember Berani Selamatkan WNA dari Hadangan Massa

Aksi heroik Kusworo ini mengamankan warga Asing yang menggunakan 3 mobil roda empat dari ratusan massa tolak tambang emas di blok Silo yang menghadang itu dilaukan usai menerima kabar dari tokoh masyarakat setempat tentang adanya penhadangan warga Asing.

“Sekitar pukul 09.00 pagi, menginformasikan bahwa, ratusan warga masyarakat penolak tambang emas telah menghadang dan mengamankan orang asing yang dicurigai sebagi Investor tambang yang akan melakukan aktivitas.” Ujar Kapolres Jember Kusworo Wibowo, Rabu (5/12/2018) siang.

Masih kata Kusworo Wibowo “Kami mengharap kepada warga masyarakat Silo bisa mengendalikan diri, pasrahkan pada kami semua akan kami ambil keterangan maksud dan tujuan hedak ke lokasi tambang.” Katanya

Dari keterangan sementara kedatangan 2 stap ESDM Jawa Timur Darmanto bersama 3 Warga Asing ke kelosi tambang hendak Survai,  karena tidak melakukan koordinasi dengan perangkat setempat, sehingga sempat terjadi penghadangan oleh warga penolak tambang desa Pace.” Jelsanya.

Kusworo, menambahkan, Kejadian ini bisa dilaporkan pada pimpinan ESDM Propinsi Jawa Timur, bahwa warga silo tidak menginkan adanya penambangan di Blok Silo, sehingga menjadi pertimbangan untuk menentukan langkah yang dilakukan sejalan sebagaimana kita harapkan bersama.

Menurut Tokoh masyarakat setempat Taufiq, sejak SK Kementrian ESDM Jatim tentang Wilayah ijin usaha Pertambangan turun 20 September 2018 lalu, warga telah mendirikan Posko dan memeriksa setiap Warga asing yang keluar masuk Wilayah nya. “Hal ini dilakukan karena warga dengan tegas menolak segala aktifitas penambangan.” Katanya.

Salah satu Stap Kementrian ESDM Propinsi Jawa Timur mengakui bahwa kedatangannya untuk survay beberapa lokasi. “Kami dari Surabaya Kantor ESDM Propinsi hendak melakuan survay saja tidak melakukan yang lain, hanya mau lihat-lihat saja tidak melakukan penelitian.” Kilahnya.

Diberitakan bahwa warga Silo, dengan tegas menolak penambangan emas, komintmen tersebut juga ditegaskan Pemkab Jember yang disampaikan berkali-kali oleh  Bupati Jember, dr Faida, pada saat kampanye dan beberapa pertemuan dengan warga Silo.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2zJOOQF
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Kegiatan Reuni Akbar 212 Bertentangan dengan Nilai-nilai Islam

0 coment�rios:

Pernyataan Capres nomor urut 02, Prabowo Soebianto terkait pemindahan kedutaan Australia dari Tel Aviv ke Jerussalem dipandang menyakiti uma...

Begini Ceritanya Kenapa GP Ansor Malang Kecam Prabowo

Pernyataan Capres nomor urut 02, Prabowo Soebianto terkait pemindahan kedutaan Australia dari Tel Aviv ke Jerussalem dipandang menyakiti umat Islam di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Malang, Husnul Hakim Syadad, menilai, pernyataan itu tak pantas diucapkan Calon Presiden di tengah mayoritas umat Islam Indonesia.

Menurut Husnul, apa yang dilontarkan Prabowo justru memantik amarah umat Islam di Tanah Air.

“Tidak seharusnya Capres Prabowo mengeluarkan pernyataan seperti itu. Bahwa sebagai capres, seharusnya memahami posisi dan kedaulatan dari masing-masing negara. Tidak bisa berucap seenaknya,” tegas Husnul, Selasa (27/11/2018) sore.

Husnul menegaskan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, sangat menghargai kedaulatan masing-masing negara dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.

“Sebagai capres tidak seharusnya Prabowo mengeluarkan pernyataan tersebut,” ujarnya.

“Prabowo tidak memahami perjuangan rakyat Palestina sebagai negara untuk merdeka,” tambah Husnul.

“Kami mengecam dengan sikap Prabowo yang seolah-olah tidak mengerti sejarah, tidak paham konstitusi, dan bertentangan dengan sikap mayoritas warga Indonesia,” papar Husnul. Ansor meminta dan mendesak kepada Prabowo, agar mencabut pernyataan tersebut dan meminta maaf kepada umat muslim Indonesia



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2DOwZ5U
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Rasulullah SAW Tidak Pernah Merayakan Kemenangan Perang Badar Tiap Tahun, Bahkan kemenangan terhadap kota Makkah atau yang sering disebut Fa...

Rasulullah SAW Tidak Pernah Merayakan Kemenangan Perang Badar Tiap Tahun

Rasulullah SAW Tidak Pernah Merayakan Kemenangan Perang Badar Tiap Tahun, Bahkan kemenangan terhadap kota Makkah atau yang sering disebut Fathul Makkah itu pun hanya dilakukan sekali.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2FFYQb7
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Kapolresta Sidoarjo Takziyah dan Sholati Jenazah Anggota Sebagai kepedulian pimpinan kepada anggotanya, Senin (26/11/2018) pagi Kapolresta ...

Kapolresta Sidoarjo Beri Penghormatan Dengan Sholat Jenazah Anggota

Kapolresta Sidoarjo Takziyah dan Sholati Jenazah Anggota

Sebagai kepedulian pimpinan kepada anggotanya, Senin (26/11/2018) pagi Kapolresta Sidoarjo melakukan takziyah ke Aiptu Sugiarto anggota Polsek Porong yang meninggal dunia akibat sakit.

Datang ke rumah duka Dusun Balongsari RT.19 RW.04, Desa Kebonagung, Porong, Sidoarjo, Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho mengucapkan turut berduka cita kepada keluarga. “Semoga keluarga diberi ketabahan dan kesabaran atas meninggalnya almarhum,” ucap Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho.

Dalam kesempatan ini, Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho juga melakukan sholat jenazah, serta mendoakan almarhum Aiptu Sugiarto agar dimuliakan Allah SWT.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2PTVOok
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (22/11/2018) pagi, berlangsung di Masjid As-Siddiq Polresta Sidoarjo. Kegiatan ini diikuti Kap...

Kapolresta Sidoarjo Adakan Peringatan Maulid Nabi di Masjid Polresta Sidoarjo

 

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (22/11/2018) pagi, berlangsung di Masjid As-Siddiq Polresta Sidoarjo. Kegiatan ini diikuti Kapolresta Sidoarjo, anggota dan pengurus Bhayangkari Polresta Sidoarjo.

Kegiatan binrohtal Polresta Sidoarjo, dalam program Kamis Berdzikir ini mengambil tema “Dengan Meneladani Akhlak dan Kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW Kita Wujudkan Polri Yang Berprestasi dan Inovatif Dalam Mengamankan Pemilu 2019”.

Ustad Nasikin, penceramah agama dalam giat ini menyampaikan agar kita dapat meniru atau meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW. “Marilah kita dapat meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam memberikan manfaat kepada sesama insan manusia,” pesannya.

Sedangkan Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho berpesan, agar para personil Polresta Sidoarjo dapat menebar kebaikan seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Yakni melakukan kebaikan untuk melayani masyarakat.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2BraDWB
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Kapolresta Sidoarjo Ajak Teladani Nabi dalam Jaga Persatuan dan Kesatuan Hadir di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan ...

Kapolresta Sidoarjo Ajak Teladani Ajaran Nabi Muhammad dalam Jaga Persatuan dan Kesatuan

Kapolresta Sidoarjo Ajak Teladani Nabi dalam Jaga Persatuan dan Kesatuan

Hadir di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan Yayasan Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa, Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo, Selasa (21/11/2018) malam, Kapolresta Sidoarjo mengajak kita dapat meneladani Rasulullah SAW.

“Hikmah dari kita memperingati Maulid Nabi Muhammad yang dapat saya sampaikan, adalah kita harus mampu meneladani Beliau, tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Yakni dengan menghilangkan segala perbedaan,” pesan Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho dihadapan tamu yang hadir.

Berbagai perbedaan keyakinan, pandangan, pilihan dan sebagainya jangan sampai merusak persatuan dan kesatuan kita. Apalagi menghadapi Pemilu 2019. “Dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, tentu situasi di wilayah kita akan aman dan damai,” harap Kapolresta Sidoarjo.

Usai, memberikan sambutan dalam acara peringatan Maulid Nabi tersebut, Kapolresta Sidoarjo AKBP Zain Dwi Nugroho berkesempatan menyerahkan santunan pendidikan kepada santri yatim dan duafa di Yayasan Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2OUfmU0
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Kemarin, guru agama saya bilang, hidup saya tidak ada gunanya sebelum saya mematuhi perintah-perintah Allah sebagaimana yang tercantum dal...

Begini Ketika Calon Teroris Berpikir Kritis

Kemarin, guru agama saya bilang, hidup saya tidak ada gunanya sebelum saya mematuhi perintah-perintah Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an. Katanya, kita hidup dalam sistem ‘’Negara Kafir’’. Oleh karenanya, kita diperbudak oleh hukum-hukum buatan manusia. Untuk membebaskan diri dari hegemoni negara kafir, Kita harus berjihad dan merontokkan kekuatan penopang negara ini.

Saya jadi berpikir, memangnya ada yang namanya hukum Allah? Apakah benar UUD 1945 beserta turunannya hukum kafir? Bukankah yang menyusunnya adalah mayoritas muslim?

Apakah yang disebut hukum Allah hanyalah Al Qur’an atau beserta hadits? Memangnya Al Qur’an bisa bicara sendiri? Bukankah untuk memahami Al Qur’an juga tetap diperlukan penalaran dan penafsiran? Bukankah penafsiran itu wilayah kesimpulan akal manusia dan bukan Allah?

Katanya lagi, karena kekuatan kita masih lemah, kita jangan menggunakan strategi head-to-head melawan aparat negara (TNI-Polri), tapi harus menggunakan taktik sel, yaitu dengan membentuk jaringan sel rahasia di mana kita bisa bebas bergerak secara diam-diam dan senyap siaga sendiri.

Kita tidak adu tembak secara terbuka, tapi harus mempersiapkan suatu serangan besar menggunakan bahan peledak. Itu cara paling efektif melawan musuh yang lebih kuat.

Saya jadi berpikir, memangnya menegakkan hukum Allah dan menghadapi apa yang disebut ‘’orang kafir’’ harus dengan jalan berperang ya? Memangnya tidak bisa dengan diplomasi? Berunding? Berkonsensus? Atau bersama-sama menciptakan negara yang adil dan netral agar kita dapat berkompetisi dengan fair memperjuangkan ideologi masing-masing? Mengapa orang yang katanya kekasihnya Allah, hobinya malah ingin berperang dan membunuh melulu?

Ustad saya bilang, Negara Islam ‘’ISIS’’ terancam runtuh dan memanggil anak-anak negerinya di seluruh penjuru dunia untuk berjihad demi tegaknya hukum Allah. Kekhilafahan ISIS melemah dan sedang dikepung oleh kekuatan negara kafir (Suriah, Irak, Amerika Serikat, Rusia, Mesir) dari seluruh penjuru negeri.

Kita sebagai hamba Allah yang taat, wajib hukumnya membela negara Islam tempat suatu hari nanti hukum Allah bakal tegak. Menolak pergi berjihad adalah golongan munafik.

Kalau benar ISIS adalah Negara Khilafah yang didukung penuh Allah, mengapa ketika diserang dan terancam runtuh karena gempuran tentara kafir, Allah tidak membantu atau sekadar mengulurkan tangan-Nya, lalu membuat bagaimana caranya tentara kafir tersebut lari tunggang-langgang? Bukankah Allah selalu bersama hamba-Nya yang sedang kesusahan? Kalau benar ISIS direstui Allah, mengapa dibiarkan hancur dan runtuh?

Saya jadi berpikir, bagaimana mungkin bisa disebut Negara Islam sedang perempuan etnis Yazidi, hanya karena tidak beragama Islam, seenaknya diperkosa dan dijadikan budak seks? Sedang kita tahu, yang menjadikannya beretnis Yazidi adalah Allah itu sendiri. Dan kita tahu, Laa ikhraha fiddiin. Kita tahu, bahwa beragama tidak boleh memaksa-maksa. Lalu, mengapa perempuan-perempuan tersebut dihukumi perkosa hanya karena keyakinannya?

Sejak dideklarasikan pada tahun 2014, negara yang katanya Negara Islam, bukannya membawa kedamaian dan kebahagiaan sebagaimana yang dicontohkan Nabi, tapi malah menciptakan kerusakan di muka bumi. Bila yang namanya Negara Islam adalah seperti itu, jangankan berjihad untuk khilafah, hidup di atas tanahnya pun saya tidak mau. Saya tidak sudi menjadi warga negara di mana nyawa manusia murah harganya bak kacang goreng.

Beliau kemarin bilang, kita semua harus membaiat diri tunduk pada segala apa yang diinstruksikan Khalifah Abu Bakr Al Baghdadi, karena dia adalah Khalifah kita.

Bagaimana mungkin saya harus patuh pada pemimpin yang memerintahkan aparatnya menembaki orang-orang yang tidak setuju pada idenya? Bagaimana mungkin saya harus bersetia padanya padahal saya tidak pernah sekalipun memilihnya untuk menjadi pemimpin dalam mengatur hidupku?

Bagaimana mungkin saya dapat membaiat diri pada Negara Khilafah ISIS sedangkan mereka dengan kejamnya mengubur bayi-bayi, memutilasi anak-anak, memenggal kepala dan menjadikannya bola untuk dijadikan mainan, membakar orang, menjatuhkan seorang dari gedung berlantai lima dan memperkosa perempuan-perempuan sesuka penis mereka, tiap hari? Bagaimana mungkin saya harus patuh pada negara yang tidak menghormati kaum perempuan?

Pak Ustaz juga bilang, TNI dan Polri itu boneka Negara Kafir. Mereka hanyalah alat yang dijadikan ‘’anjing penjaga’’ bagi pemimpinnya yang thoghut. Oleh karenanya, TNI-Polri meski bukan musuh utama, mereka adalah musuh barisan depan yang harus dihabisi duluan di manapun kita menjumpainya.

Kematian mereka, menjadi gerbang awal berdirinya Negara Khilafah yang dicita-citakan bersama sebagaimana yang dijanjikan dalam kitab suci. Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofurun.

Saya jadi ragu dengan omongan beliau. Beberapa kali saya jumatan di masjid Mall, markas TNI atau masjid dekat kantor Polisi, mereka juga sholat jumat. Waktu saya hendak dirampok, polisilah yang menolong saya. Waktu saya dipalak preman, anggota TNI yang membantu saya mengatasi keadaan sulit. Dijajaran TNI, ada banyak anggota yang hafal Al Qur’an dan mendapat keistimewaan dibanding yang tidak hafidz.

Pada bulan ramadhan, masjid-masjid di lingkungan TNI-Polri juga bergema ayat suci Al Qur’an dan dilantunkan langsung oleh anggota TNI-Polri. Bagaimana mungkin saya bisa memvonis mereka kafir? Bagaimana mungkin saya bisa mengutuki mereka sebagai alat bagi negara yang tidak islami?

Melihat kenyataan tersebut, bagaimana mungkin saya dapat membunuh mereka, sedang mereka bertugas untuk sebuah tanggung jawab memelihara ketentraman di tanah Indonesia ini?

Beliau juga mengatakan, kita harus membunuh orang-orang kafir di manapun kita menjumpai mereka. Saya jadi teringat, beberapa bulan yang lalu, saat saya kehilangan dompet dan mencoba menghubungi teman-teman saya yang muslim. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membantu, entah karena alasan sibuk atau memang tidak peduli.

Saat semua teman seagama saya masa bodoh, justru seorang Kristen hadir dan membantu saya. Dan akhirnya saya bisa pulang malam itu.

Pak Ustaz bilang, orang-orang kafir adalah orang yang kolot, menolak kebenaran, bila dinasihati membantah, jahat dan munafik. Kafir adalah yang agamanya non-Islam, katanya.

Tapi, setelah saya catat baik-baik, mengapa ada banyak sekali teman saya yang muslim tapi perilakunya mirip ciri-ciri orang kafir di atas? Dan mengapa ada banyak orang Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan Samin (non-Islam/kafir) perilakunya baik, sopan, suka membantu, pandai mendengar bila dinasihati, dan peduli pada kesusahan orang lain?

Jangan-jangan soal kafir atau tidak kafir itu bukan soal agamanya, tapi soal klasifikasi sifat manusia. Dan kita tahu apapun agamanya, semua mempunyai potensi sifat baik maupun buruk. Jadi, kafir bukanlah yang non-Islam, tapi tiap orang yang perilakunya buruk dan merusak kehidupan di muka bumi. Kafir bukanlah identitas, tapi watak. Jadi, siapapun orangnya, apapun agama dan sektenya, asal wataknya baik, berarti bukan orang kafir.

Kemarin pak Ustaz mengajak saya masuk ke ruangan sunyi. Di sana ada gambar-gambar dan layar untuk memutar video di mana umat Islam dijajah, dizalimi, ditindas, dipecah-belah, dirusak, dan dilemahkan. Saya dicekoki materi-materi yang membangkitkan emosi kebencian. Tapi, beliau tidak menyertakan data yang meyakinkan. Jadi lebih mirip ruang propaganda untuk brainstorming.

Ketika saya mempertanyakan sumber data yang digunakan, kebenaran faktanya, dan mengajukan data pembanding, pak Ustaz marah-marah dan mencap saya sudah tercemari kehidupan kafir. Nada bicaranya selalu memberi kesan bahwa umat Islam sedang menjadi pihak yang dikorbankan dan harus segera melawan. Jihad, katanya, adalah jalan mulia bagi seorang muslim yang mendambakan surganya Allah SWT.

Hidup di dunia ini adalah sementara. Hidup dalam Negara Kafir, diatur dalam sistem thoghut, dan makan dari perekonomian yang tidak islami, membuat hidup terasa hambar dan ingin segera mati menuju surganya Allah.

Kata pak Ustaz, tidak ada hidup terbaik selain di taman surganya Allah. Kita harus senantiasa bersiap meninggalkan kehidupan dunia, lalu pergi menuju akhirat yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.

Saya juga ingin masuk surga. Minum sepuasnya sungai susu, ditemani 70 bidadari cantik nan seksi. Dapat makan apa saja tanpa merasa kenyang dan tinggal di taman yang sejuk.

Pak Ustaz pun menginginkan hal demikian, makanya dia mengajak saya masuk surga bareng-bareng. Berjihad meledakkan diri adalah mati syahid. Dijamin langsung masuk surga katanya. Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa tidak beliau sendiri yang menjadi pelaku peledakan diri?

Saya jadi curiga, mengapa dia memilih saya untuk melakukan itu, mengapa bukan dia? Bukankah dia bosan hidup di dunia dan ingin segera mencicipi payudara 70 bidadari yang kecantikannya melebihi semua wanita cantik yang ada di dunia? Apakah dia takut mati, takut terburai, takut termutilasi, takut tertembus peluru, takut meledak, takut binasa? Padahal dia mencekoki saya bahwa kita hanya boleh takut pada Allah SWT.

Dia bilang, mati syahid itu tidak sakit, karena kita mati di jalan Allah. Mati berjihad, meledakkan diri akan terasa biasa saja layaknya kita bangun dari tidur. Tapi mengapa bukan dia yang meledakkan diri?

Saya pernah melihat video anggota ISIS, Al Qaeda, dan Boko Haram menangis meraung kesakitan karena luka tembak. Katanya luka dalam jihad tidak sakit, kok mereka kesakitan. Berarti Ustazku bohong? Apakah dia sedang membohongiku?

Saya jadi ragu, mencium bau kemunafikan dari semua ini. Sebaiknya saya buka-buka lagi Al Qur’an dan biografi Nabi. Saya ingin jeli melihat sejarah, saya ingin tahu betul bagaimana Nabi Muhammad menjalani hidupnya, menghadapi orang-orang kafir, berinteraksi dengan kelompok non-Islam, dan mencari pengertian yang tepat apa yang dinamakan kafir.

Saya tidak ingin menjadi pemeluk agama yang mudah sekali menumpahkan darah sesama umat manusia.

Saya masih meyakini, tidak semua cairan yang ada di dalam botol AQUA adalah air mineral jernih yang menyegarkan. Beberapa ada air kencing, cuka, atau oli. Tidak semua isi kaleng-toples merk KHONG GUAN adalah biskuit KHONG GUAN. Beberapa berisi rengginang, kerupuk nasi, keripik singkong, atau remah-remah marneng.

Saya lebih suka isi daripada merk dan bungkus. Saya lebih suka isinya daripada BH-nya. Kata Cak Nun, ‘’Anda pilih BH atau isinya?’’ Stop! Jangan dijawab!

Tulisan Muhammad Mualimin



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2B5w0fT
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Jutaan anak korban perang saudara di Suriah terusir dari kampung halaman. Mereka mengalami kekerasan, intimidasi, luka-luka, kelaparan bahka...

Sebuah Kisah Menyentuh Anak Korban Perang Suriah

Jutaan anak korban perang saudara di Suriah terusir dari kampung halaman. Mereka mengalami kekerasan, intimidasi, luka-luka, kelaparan bahkan meninggal. Bagi kita yang tinggal di Indonesia, jumlah tersebut bisa terdengar hanya sebagai angka statistik. Wajar saja, Indonesia berjarak ribuan kilometer dari Suriah.

Film Never Leave Me (2017) karya Aida Begic akan menghadirkan ke depan mata kita bagaimana rasanya kelaparan, kehilangan orangtua, menderita intimidasi, kekerasan. Sutradara asal Bosnia tersebut memvisualisasikan kondisi nyata yang dialami anak-anak korban perang saudara di Suriah.

Aida Begic mengangkat tema cerita Never Leave Me berdasarkan kisah nyata. Ketiga anak laki-laki pemeran utama film ini adalah anak-anak korban perang Suriah. Never Leave Medikirim Bosnia untuk dinominasikan dalam Film Berbahasa Asing Terbaik Academy Awardske-91 yang akan digelar tahun 2019.

Film ini berkisah tentang Isa (Isa Demlaki), remaja laki-laki asal Suriah yang dikirim ke panti asuhan di Turki setelah menyelesaikan pemakaman ibunya. Di panti asuhan tersebut, ia sekamar dengan Ahmad (Ahmad Husrom) dan Motaz (Motaz Faez Basha), sesama anak pengungsi. Mereka bertiga memulai pertemanan yang tidak mudah.

Untuk mendapatkan uang, Isa mengajak ketiga “adik-adiknya” berdagang. Ada yang berjualan tisu. Ada juga yang menjual jasa timbangan berat badan. Isa menjadi bos mereka. Isa, Ahmad, dan Motaz sebenarnya bolos sekolah untuk menjual tisu. Dooa (Carole Abboud) ibu asuh ketiga anak tersebut dan anak-anak lain menyuruh mereka bersekolah bukan berjualan.

Never Leave Me cukup detail menggambarkan kehidupan anak-anak pengungsi Suriah. Kadang anak-anak itu diperlakukan dengan baik. Ada orangtua yang mengingatkan mereka untuk rajin sekolah daripada jualan. Namun tidak jarang juga mereka mengalami perisakan dari penduduk lokal yang lebih “berkuasa”. Ancaman perdagangan dan kekerasan terhadap anak tergambar jelas dalam film ini.

Ada dua karakter anak perempuan yang menjadi “preman” dalam film ini. Dua perempuan itu turut “merisak” anak laki-laki. Deskripsi tersebut cukup unik. Mengingat stereotip dalam film umumnya, menempatkan anak perempuan hanya sebagai korban.

Di luar jalan cerita yang mengaduk-aduk emosi, Aida Begic secara cerdik menyisipkan kisah lucu. Doa Motaz mampu membuat penonton tersenyum kecil melihat kepolosan impian anak kecil. Tentu saja adegan tersebut menghindarkan penonton dari kejenuhan.

Perempuan “penguasa wilayah” yang selalu mengganggu Isa, Mohtaz dan Ahmad sebetulnya cukup unik untuk dieksplorasi. Sayang, karakter kuatnya dibiarkan begitu saja. Ia hanya ditampilkan sebagai pengganggu oleh Aida Begic. Bagaimana awal dan apa utang yang harus ditanggung Isa pun tidak jelas. Ada lompatan cerita di situ.

Kehidupan menyentuh anak-anak pengungsi dalam Never Leave Me ditampilkan secara otentik dengan cukup meyakinkan. Latar belakang Aida Begic sebagai korban perang Bosnia di tahun 1990an serta para pemeran utama yang memang korban perang Suriah membuat film ini begitu natural.

Bagi penonton yang memiliki anak, tentu saja gambaran rinci kehidupan anak-anak dalam Never Leave Me akan mampu mengaduk-aduk perasaan. Namun, ketiadaan konflik yang mengubah hidup para tokoh utama membuat film ini terasa cukup datar.

Apa yang terjadi setelah Isa lepas dari penagih utang? Apakah ia menjadi lebih pemberani ataukah mempererat persahabatan? Bagaimana dampak kejutan yang terjadi setelah Motaz pulang dari kontes menyanyi?

Aida Begic sebenarnya punya kebebasan menafsirkan mengingat film ini adalah fiksionalisasi kisah nyata. Never Leave Me bukan film dokumenter yang harus disiplin dengan fakta. Namun tampaknya ruang untuk berfantasi secara logis guna menghadirkan konflik yang lebih menggigit kurang maksimal dilakukan sang sutradara perempuan tersebut.

Oleh karena Never Leave Me diangkat dari kisah nyata, bila dilihat sebagai dramatisasi atas dokumenter, film ini cukup berhasil. Namun bila dinilai sebagai fiksi murni, film ini terasa kurang dramatis. Boleh dibilang tidak ada konflik utama yang mendebarkan.

Walaupun banyak adegan potensial yang bisa dieksploitasi menjadi konflik utama menegangkan. Durasi menuju klimaks film pun terlalu lama. Hampir 45 menit penonton disuguhi dinamika kehidupan para anak pengungsi yang cukup datar.

Dalam standar film fiksi, konflik kunci serta dampaknya bagi para karakter utama dalam Never Leave Me masih kurang terasa dibanding Children Of Heaven (1997) atau Kite Runner (2007). Dua film terakhir adalah film bertema anak-anak dan korban konflik.

Sekalipun diperankan aktor-aktor non profesional, Aida Begic mampu mengalirkan kisah sedih menyentuh hati tentang anak-anak korban perang. Isa Demlaki, Ahmad Husrom dan Motaz Faez Basha bermain cukup percaya diri untuk ukuran aktor-aktor non profesional korban perang  Never Leave Me memberikan deskripsi di waktu yang tepat tentang kehidupan anak-anak korban perang Suriah.

Di luar konflik yang kurang menggigit dan beberapa lompatan cerita, Never Leave Mebenar-benar menyajikan kekuatan pertemanan,cinta dan harapan di wajah-wajah anak penderita trauma pasca perang. Film ini sangat perlu ditonton oleh politisi-politisi yang memperebutkan kekuasaan agar mereka menyadari konsekuensi tindakan yang diambil terhadap anak-anak.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2K57nTt
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Dalil sendiri, seperti yang disebutkan dalam kitab al-L uma’ karya Imam Syairazi, maknanya adalah petunjuk menuju sesuatu yang diinginkan. ...

Dalilnya Orang Awam Adalah Kiainya, Padahal Bukan Begitu Yang Dimaksud Dalil

Dalil sendiri, seperti yang disebutkan dalam kitab al-Luma’ karya Imam Syairazi, maknanya adalah petunjuk menuju sesuatu yang diinginkan.

Di ushul fiqh, maksud dari dalil itu adalah petunjuk untuk mengetahui ketentuan hukum fikih. Para ulama memberikan urutan-urutan terkait petunjuk tadi, bermula dari Alquran, lalu sunnah, lalu ijma’, lalu qiyas. Empat dalil tadi sudah menjadi “kesepakatan” para ulama ushul. Setelah ini, Imam Syairazi meletakkan istishab dan kiai bagi orang awam.

Terkait kiai yang dijadikan dalil bagi orang awam, ternyata tidak hanya terdapat dalam kitab al-Luma’. Sebelumnya Imam Haramain dalam kitab Waraqat juga menyebutkan yang sama. Bahkan Ibnu Hazm dan Ibnu Taimiyah pun menyatakan bahwa dalilnya orang awam itu adalah kiainya.

Mengapa demikian? Karena orang awam tidak tahu apa itu dalil. Bagi mereka, yang terpenting dapat menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya. Jika mereka diberi dalil, mereka malah akan bingung. Apalagi dalil itu bukan sekadar Alquran dan sunnah saja. Dalil sendiri macam-macamnya sangat banyak. Inti dari dalil adalah petunjuk kepada ketentuan hukum itu.

Dalil sendiri sifatnya mentah. Ia belum bisa dijadikan sebagai petunjuk terhadap suatu ketentuan hukum fikih. Ia masih membutuhkan sistem istidlal.

Istidlal ini tidak hanya berlaku pada dalil nas yang bermula dari Alquran dan sunnah, namun juga ijma’, qiyas, dan berbagai dalil yang mukhtalaf fiqh. Sistem istidlal ini juga tidak dipahami oleh orang awam. Jika dalil saja belum tahu, apalagi sistem istidlal. Jika kita sodorkan dalil dan sistem istidlal dari dalil tadi, orang awam akan tambah pusing. Bukannya akan semakin rajin mengaji, mereka bisa-bisa malah melarikan diri.

Pernah suatu kali Syaih Ali Jumah ditanya tentang suatu persoalan. Lalu ada orang awam yang bertanya tentang dalilnya. Syaih Ali Jumah tidak menyebutkan dalil panjang lebar dari ayat Alquran, sunah nabi, atau deretan dalil dan sistem istidlal lainnya. Beliau hanya membuka kopiyah Azharnya lalu menunjuk kepada kopiyah tadi, dan berkata, “Inilah dalilnya.”

Para hadirin tertawa. Syaih diminta memberikan dalil, mengapa malah membuat lelucon dengan melepas kopiyah Azhar dan mengatakan sebagai dalil? Namun Ali Jumah tidak tertawa. Ia serius menunjukkan kopiyah Azhar itu. Lalu beliau menerangkan bahwa kopiyah Azhar ini merupakan simbol dari para ulama Azhar. Jika seorang ulama sudah berfatwa, maka ia telah dianggap sebagai dalil. Ulama adalah dalilnya bagi awam.

Menerangkan hukum kepada masyarakat awam memang harus pelan-pelan sekali dan yang praktis-praktis. Mereka sama sekali tidak butuh dalil. Mereka tidak paham apa yang dinamakan dalil. Mereka hanya nurut hukum sesuai perkataan kiainya.

Para ulama terdahulu, seperti Imam Haramain, Imam Ibnu Taimiyah, Ibnul Hazm, Imam Syairazi, dan ulama ushul lainya sangat tepat ketika menempatkan kiai sebagai dalil bagi orang awam. Ya, karena mereka ini memang tidak mempunyai kemampuan. Jika mereka dipaksa harus tahu dalil, tentu memberatkan bagi mereka. Padahal agama Islam ini mudah dan tidak memberikan beban melebihi kemampuan hamba.

Terkait dalil ini, pendapat para ulama berikut bisa kita renungkan bersama:

  1. Iz Ibnu Abdussalam dalam kita Qawaaidul Ahkam berkata, “Tugasnya orang awam ya taqlid, karena ia tidak mampu untuk mengetahui hukum syariat dengan cara berijtihad.”
  2. Ibnu Taimiyah dalam kitab al-Muswaddah berkata, “Secara umum, berijtihad hukumnya boleh, sebagaimana bertaqlid juga hukumnya boleh. Bagi yang sanggup berijtihad, boleh dia berijtihad, sementara bagi yang tidak bisa berijtihad, boleh baginya untuk taqlid saja.”
  3. Imam Syathibi dalam kitab al-I’tisham berkata, “Jika seseorang muqallid sama sekali tidak mempunyai ilmu, maka ia harus punya pegangan orang alim (kiai) yang bisa dijadikan contoh teladan”. Imam Syathibi, dalam kitab Muwafawatnya juga berkata, “Fatwanya seorang mujtahid itu, dalilnya orang awam.”

Kesimpulannya bahwa manusia mempunyai kemampuan yang beragam. Untuk orang awam, cukuplah fatwa kiainya menjadi dalil. Awam pun ada tingkatannya. Jika ia tidak terlalu awam, bolehlah ia diberi dalil baik dari Alquran, sunnah, ijma’, qiyas, dan lain sebagainya. Jika ia sudah mengetahui seluk-beluk hukum, bolehlah kita berikan dalil dan juga sistem istidlal atas suatu perkara.

Jadi, jangan paksa orang awam untuk mengetahui sebuah dalil karena hanya akan membuat bingung mereka. Jangan pernah di antara kita yang mencela orang awam yang taklid kepada kiainya. Taklid mereka karena sesuai dengan kemampuannya. Jangan paksa setiap orang untuk mampu berijtihad. Mereka yang belum mampu ijtihad lalu berijtihad bisa merusak hukum syariat.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2B5vXAJ
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Kapolresta Sidoarjo Baru AKBP Zain Dwi Nugroho dihari pertama bekerja lansung tancap gas untuk membuat inovasi teknologi terkait Manajemen M...

Kapolresta Sidoarjo : Kerja itu Merupakan Ibadah

Kapolresta Sidoarjo Baru AKBP Zain Dwi Nugroho dihari pertama bekerja lansung tancap gas untuk membuat inovasi teknologi terkait Manajemen Media dan Pelayanan Publik berbasis IT. 

Berbincang di dalam ruang kerjanya, beliau tampak santai sekali dan welcome terhadap beberapa anggotanya yang pasti akan membantu kinerjanya selama di Sidoarjo. Hadir pula Kasubaghumas, Kabagsumda, Kabagren serta Kasat Intel Polres Sidoarjo.

Dalam rapat singkat tersebut Kapolresta Sidoarjo juga mendatangkan Pakar SEO dan pencetus Blogger Polri Muhammad Khoirul Amin SH. S.Kom M.Kom yang sebelumnya juga punya kontribusi banyak dalam kemajuan Polresta Sidoarjo dengan SKCK Online Nasional dan berhasil mendapatkan penghargaan dari Kemenpan RB. 

Pada kesempatan itu Kapolresta Sidoarjo menjelaskan bahwa pentingnya membangun kepercayaan publik dan pelayanan Polresta Sidoarjo agar lebih baik lagi, sehingga baik di hadapan Allah SWT dan bermanfaat bagi warga Sidoarjo khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Adapun beberapa inovasi unggulan tersebut sampai sekarang masih di rahasiakan. ” Tapi yang pasti semua itu untuk kemajuan polri ” pungkasnya sambil berpesan mohon dukungan dan doa agar bisa berkah dan amanah dalam memimpin Polresta Sidoarjo..



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2RNZ2Go
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Dream – Lindsay Lohan menyita perhatian publik karena kedekatannya dengan Islam . Dia pernah tertangkap kamera tengah berjalan sembari me...

Soal Muallaf Lindsay Lohan akhirnya memberikan kejelasan.

Dream – Lindsay Lohan menyita perhatian publik karena kedekatannya dengan Islam. Dia pernah tertangkap kamera tengah berjalan sembari mendekap Alquran di New York, Amerika Serikat.

Tidak itu saja, beberapa kali Lohan mengenakan hijab. Dia juga pernah mencantumkan kalimat salam, assalamu’alaikum, di akun Instagramnya.

Banyak orang menduga Lohan telah memeluk Islam. Tetapi, tim manajemennya menepis kabar tersebut dan menyatakan Lohan tertarik mengkaji ajaran Islam.

Sebenarnya Lohan pernah berbicara terkait masalah ini dalam sebuah wawancara di Good Morning Britain (GMB) pada 2017 lalu. Lohan tidak membenarkan, namun juga tidak membantah dugaan ia telah menjadi mualaf.

Jawaban Soal Masuk Islam

Waktu itu Lohan mengaku memang sedang mempelajari Alquran.

“Aku pikir belajar Alquran adalah sesuatu yang muncul begitu saja. Jadi, aku memang mempelajari Alquran. Tapi belum ada sesuatu yang pasti,” katanya.

Saat ditanya apakah dia membaca Alquran secara teratur, Lohan menjawab iya, tanpa keraguan.

“Ya, aku membacanya. Aku membaca Alquran yang terjemahan karena itu lebih mudah bagiku untuk belajar bahasa Arab,” ujarnya.

Lohan juga belajar menulis huruf Arab dan mengingat bacaan sholat.

Presenter GMB kemudian bertanya apakah Lohan sedang dalam proses untuk berpindah keyakinan. Lohan tidak langsung menjawab.

Dia mengatakan agama adalah urusan keyakinan spiritual masing-masing orang.

“Contohnya adikku yang memeluk agama Buddha. Ini semua urusan masing-masing orang,” kata Lohan.

“Mengapa kamu enggan mengatakan dengan kata lain bahwa kamu sedang dalam proses menjadi mualaf?” tanya host GMB.

Yang Membuat Islam Menarik

Lohan mengatakan dia tidak mau mengungkapkan sesuatu yang belum selesai. Meski begitu, Lohan merasa langkah yang dia jalankan adalah benar

Host juga bertanya apa yang membuat Lohan tertarik pada Islam. Lohan menjawab dia menemukan penghiburan jiwa di dalam Alquran.

“Alquran seolah memberi ketenangan dalam jiwaku. Selain itu, belajar budaya dan keyakinan Islam membuatku seperti dalam keluarga,” ucap Lohan.

“Banyak temanku adalah orang Arab dan mereka benar-benar orang baik bagiku,” kata Lohan melanjutkan.

Lohan juga mengungkapkan aktivitasnya sebagai relawan bagi anak-anak pengungsi Suriah. Juga pengalamannya saat berkunjung ke Turki.

“Semua ini memberikan ketenangan kepadaku. Itulah yang membuatku tertarik dengan Islam,” tambahnya.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2OqmqHU
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Aliza Kim, model internasional berdarah Thailand-Amerika Serikat mendapat hidayah dari Allah SWT dan akhirnya memeluk agama Islam. Kepada me...

Model Aliza Kim Jadi Muallaf, Begini Cerita Aslinya

Aliza Kim, model internasional berdarah Thailand-Amerika Serikat mendapat hidayah dari Allah SWT dan akhirnya memeluk agama Islam. Kepada merdeka.com, dia bercerita bagaimana kisahnya yang penuh emosional hingga akhirnya memantapkan diri menjadi seorang muslimah.

Dirinya bersyukur, menjadi seorang muslimah membuatnya semakin banyak saudara. Ia juga mengapresiasi teman-teman dan lingkungannya yang terus mendukung menjadi seorang pemeluk agama Islam.

Berikut wawancara Aliza Kim, Senin (5/6):

Bisakah Anda menceritakan pengalaman untuk menjadi seorang muslim?

Mengenai pengalaman saya menjadi seorang muslimah, pengalaman yang sangat emosional dan penuh gairah. Saat melakukan penelitian dan membaca tentang Islam, saya menemukan diri saya. Setiap kata saya baca dengan asik, hingga saya sempat tertidur dan terbangun dengan diri yang baru. Seiring bertambahnya pemahaman saya, saya mulai berubah dalam hati dan juga secara lahiriah.

Sebagai contoh, saya sering memakai jilbab, bahkan di luar kelas agama yang saya hadiri, dan proses berpikir saya untuk menganalisis dan mengatasi masalah dalam kehidupan mulai berubah. Juga saat saya lebih mengerti tentang Allah SWT sebagai Perencana Terbaik.

Saya memiliki beberapa ketakutan dalam hal karir, dan juga apakah lingkungan sosial akan menerima saya ketika itu. Tetapi Allah SWT merawat saya. Setelah menyatakan syahadat, saya terkejut karena jumlah cinta untuk saya semakin tinggi, penerimaan dan dukungan yang dicurahkan oleh lingkungan untuk saya hingga di media sosial begitu fenomenal.

Saya juga memiliki banyak tantangan lain yang terjadi, ada beberapa ujian yang sangat sulit dari Allah dalam beberapa tahun pertama menjadi seorang muslimah. Tapi, secara umum saya dapat dengan jujur mengatakan bahwa ini adalah pengalaman yang indah. Saya merasa terhormat untuk menjadi seorang muslimah.

Perubahan besar apa yang Anda rasakan setelah mualaf?

Perubahan terbesar yang saya rasakan setelah menjadi seorang muslim mungkin adalah ketenangan pikiran melalui perkembangan menjadi seseorang yang tawakal. Bila kita tawakal (kepercayaan penuh pada Allah), kita menyadari bahwa setiap kesulitan juga merupakan berkah bagi kita.

Kami percaya bahwa apa yang telah terjadi adalah yang terbaik untuk menghindari sesuatu yang buruk dan hanya Allah yang tahu. Kita juga ingat bahwa ketika kita diuji dan terus melakukan apa yang benar (mempertahankan sabar dan adab) sebagai umat Islam maka tes itu membantu untuk menghilangkan dosa bagi kita, atau meningkatkan kita di tingkat surga tertinggi.

Pernahkah Anda dikucilkan karena menjadi seorang Muslim? Bagaimana dengan keluarga?

Alhamdulillaah saya tidak pernah dikucilkan. Seluruh komunitas, keluarga, teman, saya sangat luar biasa. Namun, saya diberitahu bahwa karir saya sebagai artis telah berakhir oleh beberapa agen. Tapi, Insha Allah, karir saya sebelumnya telah diganti dengan sesuatu yang lebih cocok untuk saya.

Siapa yang memiliki peran besar untuk mengubah kepercayaan Anda?

Saya tidak akan mengaitkan peran besar apapun kepada seseorang karena memang Allah SWT yang membimbing saya dan membuka hati saya. Orang-orang digunakan oleh Allah WT untuk menyampaikan pesan tentang Islam dan kemudian Allah yang secara langsung membuka hati seseorang untuk mengerti dan menerima Islam.

Namun, ada teman dekat dan beberapa ilmuwan yang berperan dalam memberi saya bahan bacaan dan membantu pemahaman saya tentang Islam di masa-masa awal. Saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT karena telah menempatkan mereka dalam hidup saya untuk membantu saya.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2D0Vht2
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) M. Najih Arromadloni menyatakan, hal yang paling fundamental agar Indonesia tidak jatuh ke dal...

Jangan Mau Indonesia Dibuat Hancur Seperti Suriah

Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) M. Najih Arromadloni menyatakan, hal yang paling fundamental agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kondisi (hancur, luluh lantak, krisis multidimensi) seperti Suriah adalah dengan tidak mempolitisasi agama.
Ia menyatakan demikian saat melihat adanya beberapa kelompok yang gemar menggunakan mimbar masjid untuk hujatan politik. Menurutnya segala usaha ‘melacurkan’ agama untuk kepentingan politik harus ditolak.
Dia tidak menampik, bahasa dan simbol agama memang efektif untuk mengelabui masyarakat, seperti akhir-akhir ini ramai klaim ‘bendera tauhid’ atau ‘bendera Rasul’. Padahal menurut Najih yang juga dosen ilmu hadis ini, tidak ada teks Al-Qur’an maupun hadits yang mendukung klaim tersebut.
“Dengan kata lain klaim tersebut (bendera tauhid, bendera Rasul) adalah propaganda palsu. Karena tauhid adalah untuk diinternalisasi dalam hati dan diejawantahkan dalam perilaku akhlak yang luhur, bukan untuk mainan bendera,” ujar Najih kepada NU Online, Jumat (2/11).
Hal kedua menurut penulis buku Bid’ah Ideologi ISIS ini, adalah dengan senantiasa menjaga kedamaian dan ketertiban umum, termasuk tidak membuat kegaduhan dengan langganan melakukan aksi massa yang bisa menimbulkan gejolak di masyarakat.
Pengalaman di Suriah, tuturnnya, membuktikan bahwa kondisi instabilitas akan mengundang pihak luar untuk masuk menginfiltrasi, menyusup dan menunggangi.
“Ketika ‘api’ kekacauan sudah membesar, maka akan sulit dipadamkan, sebagaimana Suriah yang delapan tahun hidup dalam kepahitan, tak kuasa lagi mengembalikan kondisi semula,” jelas alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus ini.
Pesan lain yang ia sampaikan ialah agar berpegang teguh pada ulama-ulama yang perilakunya adalah cerminan akhlak Nabi. Ia mencontohkan seperti KH Maimoen Zubair, KH Ahmad Mustofa Bisri, Buya Syafi’i Maarif, Habib Quraish Shihab, dan seterusnya.
“Mereka adalah pelita-pelita umat yang mampu menuntun perjalanan bangsa ini ke arah yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur,” ucap Najih.
Mengenai fenomena munculnye pemeran agamawan, yang mendadak ustadz, ia menyatakan perlu diuji dulu, apakah perilakunya sesuai dengan tuntunan Nabi atau tidak. Ustadz tukang caci dan mengaku paling benar, tentu bukan panutan. “Cari tahu, dimana dia belajar? Kepada siapa? Belajar apa?” jelasnya.
Terakhir, ia menyampaikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah ‘sajadah’ kita, yang merupakan warisan para ulama. Karena itu, sudah penuh nilai-nilai keislaman.
“Merupakan kewajiban kita untuk menjaga, melestarikan, dan mewujudkan kemakmurannya. Tanpa negara tidak mungkin kita beragama. Karena itu, menjaga negara adalah bagian pokok dari menjaga agama,” tandas Najih.
Tidak ingin Indonesia yang damai menjelma menjadi negara terpuruk seperti Suriah, Alsyami menggelar seminar kebangsaan bertajuk Jangan Suriahkan Indonesia..! pada Kamis (1/11) malam di Jakarta Selatan.
Kegiatan ini menghadirkan Syekh Adnan al-Afyouni (Mufti Damaskus, Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah), Djoko Harijanto (Dubes RI untuk Suriah), Ziyad Zahruddin (Dubes Suriah untuk Indonesia), Ahmad Fathir Hambali (Ketua Alsyami), Ahsin Mahrus (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Damaskus), dan  Ainur Rofiq (mantan petinggi HTI).
Seminar tersebut merupakan bagian dari kampanye dakwah Alsyami menolak segala upaya yang bisa menjadikan Indonesia luluh lantak seperti Suriah. Seminar ini disambut antusias oleh masyarakat Indonesia, baik yang datang langsung ke lokasi seminar, maupun menyimak secara live streaming. Sampai dengan dini hari tadi, tagar #JanganSuriahkanIndonesia menjadi top trending topic di Twitter.


from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2AJcw0g
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Berakhirnya Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 silam diyakini pula oleh beberapa kalangan sebagai tanda berakhirnya peran Islam dalam ...

Indonesia Damai Tanpa Khilafah

Berakhirnya Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 silam diyakini pula oleh beberapa kalangan sebagai tanda berakhirnya peran Islam dalam pentas politik. Pasalnya, saat itu semua kegiatan umat Islam terpuruk, baik bidang politik, ekonomi, militer, budaya maupun teknologi dan sebagainya.

Alih-alih dipaparkan, ide khilafah internasional pertama kali diperankan oleh jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928. Naasnya, selanjutnya pun banyak dimainkan oleh jamaah Hizbut Tahrir yang didirikan di Jerusalem Timur tahun 1952. Dan baru-baru ini, juga digaungkan oleh Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) di Irak dan Syiria yang belum lama namanya turut vulgar di Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibentuk guna mewadahi segenap elemen bangsa yang sangat majemuk dalam hal suku, bahasa, budaya dan agama. Sudah menjadi kewajiban semua elemen bangsa untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari segi apapun. Indonesia negara yang mempunyai beragam elemen dari bermacam-macam agama. Lantas, apakah mungkin Indonesia mendirikan negara khilafah islamiyah padahal kewajiban rakyatnya adalah mempertahankan keutuhan ?

Dalam dinamika perjuangannya, keinginan beberapa kelompok mendirikan negara khilafah mendapat penolakan mutlak. Utamanya, gengster organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama. Alasannya elegan, Abu Bakar diangkat secara aklamasi, Umar ditunjuk dengan wasiat khalifah sebelumnya (disepakati umat Islam) dan selanjutnya sistem formatur, yakni mengangkat 6 kandidat untuk dipilih salah seorang saja.

Namun bagaimanapun, keinginan mendirikan sistem negara khilafah menuai banyak dukungan juga. Isu khilafah menjadi salah satu motif devide et impera zaman now. Bagaimana tidak, penulis belum lama mengkaji tiga situs keislaman dengan nama situs yang mirip. Penulis yakin, jika yang membuka dan mengambil informasi dari situs-situs tersebut bukan akademisi, pastinya tidak diragukan akan menimbulkan banyak madharat. Mengapa? Karena isi situs-situs tersebut lebih kepada kepentingan personal. Jika tidak, isinya lebih kepada memecah belah kelompok dan menganggap selainnya adalah kompetitor.

Naasnya, di Indonesia sendiri penjualan “khilafah” cukup laku keras. Toleransi keberagamaan mulai luntur seiring maraknya konsep jihad fii sabilillah. Padahal, ajaran saling memahami, menghormati dan toleransi telah dijelaskan dan dicontohkan dengan gamblang oleh bapak negara Indonesia ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid dalam berbagai tulisan, pernyataan dan tindakannya.

Lantas, bagaimana kita akan meneguhkan keutuhan NKRI jika visi misi kita sudah berbeda? Sistem kenegaraan Islami atau khilafah tentu tidak sejalan dengan sistem kenegaraan masyarakat non-Islam. Meminjam tulisan Gus Dur, di lain pihak kita juga harus menghormati hak mereka yang justru mempertanyakan kehadiran sistem Islami tersebut, yang secara otomatis akan membuat mereka yang tidak beragama Islam sebagai warga dunia yang kalah dari kaum muslimin.

Ini juga berarti, bahwa dalam kerangka kenegaraan sebuah bangsa, sebuah sistem Islami otomatis membuat warga negara non-Islam berada di bawah kedudukan warga negara beragama Islam, alias menjadi warga negara kelas dua. Ini patut dipersoalkan, karena juga akan berdampak pada kaum muslimin nominal, yang tidak menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan.

Kaum muslim demikian, sering disebut muslimin nominal atau abangan, tentu akan dinilai kurang Islami jika dibandingkan dengan mereka yang menjadi anggota/ warga partai/ organisasi para pelaksana ajaran Islam secara penuh, yang juga sering dikenal dengan nama “kaum santri”. Wallahu a’lam. 



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2QbekEH
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Wacana pengusung khilafah menyebut demokrasi yang kini tengah diperjuangkan dan dianut sebagai sistem Pemerintahan di Indonesia sebagai si...

Wacana Atau Ide Khilafah Bukan Ide Islam

Wacana pengusung khilafah menyebut demokrasi yang kini tengah diperjuangkan dan dianut sebagai sistem Pemerintahan di Indonesia sebagai sistem pemerintahan yang haram dan salah, dan yang benar, tentu saja: khilafah. Beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan adalah, jika katanya Khalifah (pemimpin dari sistem khilafah) tidak ditunjuk oleh Allah, tetapi dipilih oleh kaum Muslim, dan memperoleh kekuasaannya melalui akad bai’at, lalu bagaimana nasib manusia-manusia yang lain di negeri ini?

Indonesia, sebagaimana kita ketahui adalah Negara yang tidak hanya memiliki keragaman Sumber Daya Alam, namun juga Sumber Daya Manusia yang terdiri dari keragaman Suku, Agama dan RAS. Dalam sistem demokrasi Pancasila, hak tiap-tiap warga Negara, tak peduli apapun latar belakangnya, diakui dan bersifat setara.

Kebudayaan, yang menjadi warna sebuah peradaban manapun di dunia, selalu mengikuti dan menghormati proses. Sejarah kebudayaan adalah sejarah panjang yang sangat tua dan kompleks. Nabi Muhamad, dalam piagam Madinah tidak pernah menyelenggarakan kekhilafahan, namun menjamin hak yang adil bagi setiap manusia, pun berdasar situasi budaya yang eksis pada zamannya.

Kedua, bahwa sebagaimana termaktub dalam laman http:www.hizbut-tahrir.or.id, pengusung wacana Khilafah tidak mengakui Khilafah sebagai sistem teokrasi.

Menurut para pengusungnya, konstitusi pada Negara Khilafah yang mereka cita-citakan itu nantinya tidak terbatas pada masalah religi dan moral sehingga mengabaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, kebijakan luar negeri dan peradilan. Khilafah, katanya, juga menginginkan kemajuan ekonomi, penghapusan kemiskinan, dan peningkatan standar hidup masyarakat.

Lha, kalau begitu, bukankah sudah sama persis dengan Negara Indonesia yang sudah jadi? Di Negeri ini, hak-hak kaum beragama telah dijamin dalam Pasal 29 UUD 1945. Negara memfasilitasi hal tersebut lewat Kementerian Agama bahkan berbagai organisasi kemasyarakatan yang gerakannya dilindungi.

Di saat sistem sudah jadi, apakah kita diajak kembali bermimpi? Pantas saja Pemerintah berhasrat membubarkan organisasi HTI sebagai agen pengusung khilafah dengan tuduhan sebagai organisasi yang kontra-produktif alias tidak memberikan kontribusi bagi pembangunan.

Retorika HTI itu bisa disebut sebagai langkah “strategic ambiguity”. Di satu sisi, HTI tidak menyatakan secara eksplisit dan terang-terangan ingin mengganti Pancasila, tetapi di sisi lain ia terus menyuarakan wacana anti-sistem demokrasi secara radikal lewat berbagai aksi yang mereka gelar secara rutin.

Sudah jamak kita ketahui, bahwa dalam aksi-aksi itu pula mereka kerap meremehkan simbol-simbol Negara, seperti lebih menegakkan bendera organisasi dibanding bendera merah putih, dan poster-poster seruan makar dari negara Pancasila.

Buku Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia (2009) menyatakan, “Hizbut Tahrir juga menentang dengan keras konsep-konsep yang lahir dari paham Sekularisme seperti Demokrasi, Patriotisme, Sosialisme dan Kapitalisme atau isme-isme lain.”

Abdul Qadim Zallum (1924-2003), pemimpin generasi kedua Hizbut Tahrir setelah pendirinya Taqiyuddin al-Nabhani (1909-1977), menulis buku berjudul Demokrasi Sistem Kufur (Ad-Dimuqrathiyyah Nizham Kufr) yang kemudian disebarluaskan sebagai bacaan pokok kaderisasi. Buku ini tidak hanya menyerang demokrasi tetapi juga menuduh nasionalisme sebagai strategi jahat orang-orang kafir untuk memecah belah dunia Islam.

Pada zamannya, Akibat lain dari ide khilafah ialah munculnya pemaksaan tafsir dari mazhab atau aliran tertentu jika mazhab itu memegang kekuasaan. Hal itu semacam gabungan dari will to truth yang bergabung dengan will to power. Syariat yang harusnya dipahami sebagai metode, akhirnya direduksi hanya sebagai hukum formal yang dimanfaatkan untuk menindas golongan lain.

Sedangkan, Indonesia sekarang ini sudah jauh lebih Islam(i) dan syar’i secara sistem daripada konsep khilafah itu. Yang paling penting dari syariah adalah substansinya, yakni keadilan (yang disebut al-Quran sebagai “dekat kepada takwa”; aqrabu lit-taqwa). Perihal keadilan ini sudah sejak kelahirannya dipikirkan betul oleh para pendiri bangsa dengan bersepakat menghapus narasi sila pertama pada piagam Jakarta.

Teks awal yang berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” akhirnya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa sebab terjadi pertentangan antar golongan yang menganggap kalimat itu memuat nilai pemaksaan kehendak satu golongan. Jelas sudah, bahwa sikap legawa para pemimpin Islam ketika itu untuk mengambil jalan tengah sesungguhnya menunjukkan sikap kesatria sekaligus pengambilan tafsir terbaik atas nama keadilan.

Berdasar latar belakang sejarah ini, hendaknya umat Muslim Indonesia yang telah terindoktrinasi wacana khilafah tidak lagi takut soal dosa atau alasan hukum agama. Sekali lagi, pendirian khilafah tidak berkaitan dengan otoritas kebenaran hukum Islam. Dan, pendirian Negara Islam sama sekali tidak sama dengan Islam itu sendiri.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2Qi6Y2w
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Al Qur’an dan tarikh sejarah Nabi Saw tidak pernah mengisyaratkan sistem pemerintahan tertentu dalam Islam setelah Rasulullah wafat. Orang y...

Khilafah dan Generasi Salah Paham Sejarah

Al Qur’an dan tarikh sejarah Nabi Saw tidak pernah mengisyaratkan sistem pemerintahan tertentu dalam Islam setelah Rasulullah wafat. Orang yang menelaah hadits-hadits yang disampaikan oleh para penyusun kitab-kitab hadits dalam bab Imarah (pemerintahan) pun tidak akan menemukan kodifikasi mengenai sistem pemerintahan. Sebaliknya, banyak ditemukan penjelasan bahwa Nabi Saw tidak pernah menunjuk seorang pengganti, tetapi membiarkan urusan itu berdasarkan pilihan umat yang menjalani.

Daulah Islamiyah sendiri lahir sekitar pertengahan abad ke-20, yang berdiri di atas pemikiran-pemikiran dan kecenderungan-kecenderungan yang muncul di bawah bayang-bayang rasa khawatir terhadap hilangnya identitas keislaman akibat westernisasi, imperialisme, dan dominasi penduduk mayoritas di India. Oleh karena itu, masalah ini tumbuh dan berkembang di dalam Rabithah Islamiyah dan Abu al-A’la al-Maududi, pendiri Jamaah Islamiyah yang ada di sana, yang berakibat pada lepasnya daerah yang mayoritas penduduknya Muslim dengan nama Pakistan pada tahun 1947 M.

Suatu hal yang kemudian menciptakan masalah baru bagi kaum Muslim yang tetap tinggal di India, karena berubah menjadi minoritas dan harus berhadapan dengan mayoritas dalam suasana saling mencurigai. Kemudian muncul masalah lain di kalangan internal kelompok yang memisahkan diri, yaitu pecah lagi menjadi dua karena alasan etnik.

Sejarah kelam semacam itu tentu berbeda dengan sejarah Indonesia. Sejak “zaman bergerak” atau awal kebangkitan Nasional pada awal abad ke-19, Indonesia terbentuk dengan pola yang unik. Di masa kolonial itu, segelintir kaum terpelajar justru tersadar bahwa gerakan yang terpecah-pecah sampai kapanpun tidak akan mampu mengusir penjajah. Mereka lalu membentuk berbagai kelompok ideologis yang berbeda namun dengan misi yang sama, yakni Indonesia Merdeka.

Kesadaran untuk berkumpul dalam kongres Sumpah Pemuda terjadi sama sekali bukan atas nama agama apapun. Dan, meskipun mereka datang atas nama Jong-Jong berbagai daerah, ikrar sumpah pemuda yang lahir justru memuat redaksi mengagumkan, yakni kami putra dan putri Indonesia. Redaksi tersebut tidak bermuatan identitas Suku, Agama dan Ras apapun bahkan sebelum Indonesia dilahirkan pada tahun 1945.

Manusia Indonesia menganggap keragaman tersebut sebagai keniscayaan, dan kesepakatan untuk bersatu sebagai warga negara adalah sebuah kesadaran.

Pada perjalanannya, segala sesuatu yang mencoba merongrong Pancasila dan UUD 1945 yang memuat pesan-pesan keadilan universal itu tampaknya selalu tidak berhasil. Rakyat Indonesia sepertinya sadar bahwa warisan dasar Negara yang telah dirumuskan itu ternyata merupakan salah satu yang terbaik di dunia, apalagi untuk negeri yang sangat penuh dengan keragaman seperti Indonesia.

Sebaliknya, Asy-Syahrastani dalam Al-Milal wa An-Nihal sebagaimana dikutip dalam buku Jihad Melawan Teror (2016) mengatakan,”Perselisihan terbesar antarumat adalah perselisihan tentang imamah (khilafah); pedang tidak pernah terhunus di dalam Islam demi sebuah prinsip agama seperti terhunusnya pedang demi imamah di setiap zaman.”

Pernyataan Asy-Syahrastani itu nampaknya logis. Sebab, sepeninggal Rasul Saw pun umat telah terpecah belah, mulai dari masa kekhalifahan Abu Bakar hingga berakhirnya kejayaan Turki Utsmani. Namun, nampaknya, banyak umat Islam yang masih diliputi dendam bercampur delusi pada kejayaan masa lalu, dan tidak berkaca bahwa yang mengakibatkan lemahnya pertahanan umat Islam adalah kejumudan berpikir, tenggelamnya ilmu pengetahuan, dan perebutan kekuasaan.

Bersamaan dengan itu, juga muncul dua kecenderungan. Pertama, kecenderungan yang menganggap sistem politik sebagai salah satu rukun agama, dan kedua, kecenderungan yang menganggap khilafah, yakni bentuk pemerintahan yang dipilih oleh kaum Muslim setelah Rasulullah Saw wafat, sebagai satu-satunya bentuk pemerintahan yang sah dan menjamin penerapan hukum syariah, adalah dua kecenderungan yang belum pernah dikenal oleh agama dan ijtihad kaum Muslim terdahulu, bahkan keduanya hampir saja menyebabkan perpecahan dan kehancuran di banyak negara, kelompok masyarakat dan agama.

Bahaya dari pemakasaan konsep khilafah di Indonesia adalah kecenderungan menganggap demokrasi sebagai sistem kafir, dan bahkan Muslim yang tak sepakat pada khilafah pun belakangan dikafirkan. Padahal, fenomema pengafiran pihak yang berbeda pendapat ini dan dampaknya dengan penghalalan darah adalah bukan hal baru dalam Islam. Kita semua pernah belajar bagaimana Khawarij terjerumus ke dalam bencana ini akibat kesalahpahaman mereka terhadap konsep iman kepada Allah sebagai pokok dan perbuatan sebagai cabang. Dari Khawarij kita juga belajar, bagaimana mereka tersesat ketika berpegang pada makna lahiriah teks, namun abai pada makna lahiriah teks lain yang bertentangan dengan apa yang mereka pahami.

Faktanya, dalam Islam, identitas keagamaan tidak ditentukan oleh rezim politik yang sedang berkuasa, tetapi ditentukan berdasarkan akidah, ibadah, dan perilaku mereka yang tidak mencakup sistem politik. Sistem politik bukan bagian dari agama dan bukan pula tuntutan dari agama.

Adapun yang termasuk tuntutan syara’ adalah terselenggaranya suatu pemerintahan dalam sebuah kelompok masyarakat untuk menjaga maslahat umum, menetapkan keadilan, menebarkan keamanan, dan melawan agresi dari luar.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa, orang-orang yang percaya pada konsep khilafah di Indonesia, sebagaimana dibawa oleh HTI yang diimpor dari Taqiyyudin An Nabani adalah orang-orang yang tuna-sejarah dan mengalami kesalahpahaman dalam konsep khilafah.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2P3OkyM
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Sebagai organisasi transnasional, HTI tidaklah berdiri sendiri. Di belakangnya masih ada Hizbut Tahrir Internasional (HT-IN) Tentu saja me...

Sebuah Upaya Politis HTI Tunggangi Aksi Bela Tauhid II

Sebagai organisasi transnasional, HTI tidaklah berdiri sendiri. Di belakangnya masih ada Hizbut Tahrir Internasional (HT-IN) Tentu saja mereka tak akan tinggal diam setelah HTI dibubarkan oleh pemerintah Indonesia. Dengan segala macam cara, HT-IN akan mencari celah untuk menjaga eksistensi jaringan mereka di Indonesia.

Keberanian Banser membakar bendera HTI di Garut membawa begitu banyak hikmah. Kita semua jadi tahu bahwa jaringan eks HTI masih bergerilya dan menunggu momen yang tepat untuk bangkit, merebut tampuk kepemimpinan di Indonesia.

Mengapa saya berani sebut itu adalah bendera HTI? Pertama, pembawa bendera tersebut sudah mengaku simpatisan HTI, Kedua, pembawa bendera HTI tersebut bukan santri yang diundang dalam acara. Ketiga, dalam peraturan disebutkan bahwa dilarang membawa bendera lain selain bendera Indonesia. Kok nekat? Atau memang sengaja ingin menunjukkan eksistensinya?

Namun masih ada sebagian kecil lainnya yang masih ngotot bahwa itu adalah bendera tauhid. Bahkan beberapa tokoh politik ikut menyuarakan bahwa itu bukan bendera HTI. Hal ini tentu saja aneh, mengapa repot-repot mau mengurusi hal semacam ini? Bukankah mereka terkesan membela HTI? Semakin mereka berkelit, publik akan semakin mengenali siapa saja simpatisan maupun pendukung HTI.

Narasi yang dibangun oleh kelompok HTI bahwa bendera yang dibakar oleh Banser adalah bendera tauhid. Jubir HTI mengatakan bahwa HTI tidak punya bendera. Padahal faktanya, sebelum dibubarkan, HTI selalu membawa bendera tersebut dalam sejumlah aksinya.

Saat ini umat Islam yang tidak terlalu paham soal HTI dan misi menegakkan khilafah di Indonesia pun diseret-seret, diprovokasi bahwa Banser telah membakar bendera tauhid. Banser harus dibubarkan. Lalu setelah itu muncullah ajakan-ajakan fiktif, aksi bela kalimat tauhid. Apa tujuannya? Tentu saja sekadar propaganda.

Aksi bela tauhid? Pembela tentu saja kedudukannya lebih tinggi derajatnya daripada yang dibela. Lalu dengan membela tauhid, bukankah berarti orang-orang pembela ini memosisikan kedudukannya di atas kalimat tauhid itu sendiri?

GP Ansor yang menaungi Banser juga telah merespons kejadian ini dengan bijak. Banser meminta maaf karena telah menimbulkan keributan. Tapi di sisi lain Banser menyatakan dengan sangat jelas bahwa tindakan penertiban dan pembakaran terhadap bendera HTI adalah sebuah eskpresi spontan, atas dasar kecintaan Banser terhadap bangsa dan tanah air.

Lebih mencurigakan lagi saat aksi bela tauhid jilid 1 yang dilakukan di Patung Kuda dan Kantor Menkopolhukam lalu. Di tengah demonstrasi, seorang orator meneriakkan tagar 2019 ganti presiden. Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah banyak melakukan kebohongan dan mengkriminalkan ulama dan dinilai anti-Islam.

“Pemimpin yang bohong mau kita beri kesempatan dua periode atau tidak? Pemimpin yang zalim, halal atau haram?” Pernyataan tersebut kemudian dibalas “tidak” oleh massa.

Inikah yang disebut aksi bela tauhid? Lalu mengapa ujung-ujungnya teriak ganti presiden? Ujung-ujungnya menyangkut politik?

Kemudian massa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) dan unsur lainnya akan menggelar Aksi Bela Tauhid 211. Aksi jilid 2 ini akan dipusatkan di depan Istana Kepresidenan Jakarta.

Aksi rencananya akan digelar hari Jumat setelah salat Jumat berjamaah di Masjid Istiqlal. Setelah salat, massa akan long march ke depan Istana untuk menyampaikan tuntutannya. Kegiatan juga akan diikuti massa yang diinisiasi oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212.

Perlukah aksi ini? Jika tujuannya memang aksi membela tauhid murni, tentu tidak efektif. Kepolisian telah mengusut terkait kasus ini dan menyelesaikannya. Jelas secara hukum kasus ini sudah terpecahkan. Kecuali apabila kasus ini memiliki maksud dan tujuan lain, seperti membuat pemerintah chaos seperti aksi 212 lalu. Tentu saja hal ini akan membuat HTI dan dalang di baliknya tertawa bahagia apabila aksi 211 membuat pemerintah jatuh.

Kita, sebagai masyarakat, lebih baik tidak usah ikut-ikutan hal seperti itu. Saat ini kondisi bangsa sedang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Bencana alam, tsunami dan gempa, serta kejadian pesawat jatuh jauh lebih membutuhkan perhatian kita dibanding hal-hal berbau provokasi politik yang dibungkus dengan isu agama.

Yang perlu kita ingat adalah HTI menginginkan ideologi Pancasila diganti. Organisasi seperti itu sudah selayaknya diberantas. HTI kini mulai menunjukkan eksistensi, dan kita warga Indonesia sudah sepantasnya memperjuangkan negeri ini. Kita tidak boleh lengah dan tertipu oleh tipu daya mereka yang mengatasnamakan agama. Ingat, NKRI harga mati!



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2yKhpoO
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Internet atau dunia maya memang menjelma bak pisau bermata dua. Di satu sisi, dengan seperangkat fiturnya yang beragam, tiap orang dimungk...

Pahami Pola Persebaran Jihadisme ala ISIS di Dunia Maya

Internet atau dunia maya memang menjelma bak pisau bermata dua. Di satu sisi, dengan seperangkat fiturnya yang beragam, tiap orang dimungkinkan mengakses apa saja. Di sisi lain, kebebasan akses yang tak terbatas, ternyata juga memungkinkan tiap orang terjerumus ke dalam apa saja.

Terlepas efek yang ditimbulkannya, yang jelas, internet telah secara nyata termanfaatkan sesuai eksistensinya: sebagai ruang informasi dan komunikasi paling signifikan. Tak terkecuali oleh kelompok ekstremis brutal (teroris), ruang ini jadi wadah potensial mereka, baik untuk menebar paham-paham kekerasan (ekstremisme, terorisme), maupun untuk merekrut calon-calon teroris. Internet jadi lahan subur untuk itu.

Dalam Workshop & Kelas Menulis “Ekstremisme dan Psikologi Kekerasan” Indeks-Qureta-PPIM di Yogyakarta, hal ini dijelaskan secara detail oleh dosen di Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), M. Najib Azca. Menurutnya, upaya penyebaran jihadisme itu justru bermula dari hal-hal sederhana yang minim disadari.

“Ada banyak simulasi game di internet. Misalnya, This is Our Call of Duty. Simulasi game yang memposisikan para pemainnya sebagai tentara atau jihadis ini, tanpa disadari, banyak menyasar kalangan anak dan remaja. Ini salah satu upaya kelompok ISIS melakukan perekrutan calon teroris di dunia maya.”

Peneliti senior di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM itu juga menerangkan bahwa pola penyebaran jihadisme ala ISIS berbeda dengan pola organisasi induknya, al-Qaeda. Meski sama secara tujuan, membangun negara Islam, tapi dari segi pengupayaannya saling berlainan.

“Dalam aksi, jihadis pro-ISIS gunakan kekerasan. Sementara, yang pro-al-Qaeda, lebih bersifat gerakan etik. Cara mereka berbeda, meski tujuannya sama,” jelas Najib kembali melalui materinya bertajuk Propaganda Terorisme di Media/Internet.

Perbedaan itu bisa dilihat juga secara jelas dalam website jihadis mereka di Indonesia. Konten-konten dalam al-mustagbal.net milik jihadis pro-ISIS berbeda dengan wacana-wacana yang dipaparkan dalam ar-rahmah.com.

“Lihat saja. Meski tujuan mereka sama, tapi yang tampak justru penegasian satu sama lain. Wacana mereka tidak ketemu.”

Apa yang Baru dari ISIS?

Sampai sejauh ini, tak banyak orang tahu mengapa ISIS, sebagai sebuah gerakan pengusung jihadisme brutal, mampu eksis dan bertahan. Sejak didirikan pada tahun 2004 dengan nama awal al-Qaeda di Irag (AQI), ISIS mampu mencipta dominasi yang tak kecil. Bahkan, ketika semakin dibombardir sekalipun, daya cengkramnya justru semakin menguat.

Jika dibanding dengan induknya, al-Qaeda, ISIS punya seperangkat alat canggih untuk membangun militansinya sebagai kelompok penghancur. Dari segi kapabilitas militer, ISIS diperkirakan punya 25.000 pasukan di Suriah dan Irak. Semuanya adalah pejuang yang sebagian besar berasal dari dunia Arab-Muslim.

“Kepemilikan senjatanya juga sangat luar biasa. ISIS memiliki jumlah persenjataan ringan dan berat yang cukup banyak. Sebagian besar senjata itu berasal dari para tentara Suriah dan Irak.”

Bahkan, ISIS dinyatakan sempat mengontrol sekitar ⅓ teritori Irak dan sekitar ¼ hingga ⅓ wilayah Suriah. Semuanya merupakan tempat tinggal dari 5-6 juta warga.

“Ini yang tidak pernah terjadi dalam gerakan-gerakan teroris sebelumnya, seperti di al-Qaeda. Al-Qaeda lebih merupakan gerakan kelompok etik, tak pernah membangun struktur teritorial.”

Belum lagi soal adanya lembaga administrasi alternatif ISIS di wilayah kekuasaannya. Nyaris semuanya mampu dikontrol, termasuk pendidikan, peradilan, kepolisian, dan jejaring penegakan hukum.

Pun demikian dengan kontrolnya atas sejumlah infrastruktur di kedua negara ini, termasuk sejumlah ladang minyak. Maka tak ayal jika kekuatannya semakin melejit saja.

Siapa dan Bagaimana Orang Bisa Bergabung Jadi Jihadis ISIS?

Umumnya, anggota-anggota ISIS berasal dari aktivis jihadi yang memang sudah melalui proses kaderisasi yang matang. Mereka yang memilih jalan jihad al-Baghdadi ketimbang yang pro al-Qaeda adalah mereka yang kemudian bergerombol dalam ISIS.

“Endorsement Abu Bakar Ba’asyir, sebagai mantan Amir Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), cukup penting dan membantu memobilisasi para aktivis jihadi. Ditambah lagi, ISIS telah cukup sukses memancing generasi baru aktivis jihadi yang akrab dengan penggunaan teknologi dan media digital, baik yang berasal dari sayap wahabi maupun aktivis politik.”

Di sinilah peran internet atau dunia maya berhasil membentuk penguatan kelompok teroris ISIS ini. Bahwa mereka yang memilih bergabung, kebanyakan justru dari kalangan open source jihadist atau digital native jihadists.

Lalu, mengapa mereka ingin terlibat dan berjihad di jalan kekerasan? Apa saja faktor-faktor pendorongnya sehingga mobilisasi jihad ISIS tampak begitu sukses dalam hal merebut pasukan lebih banyak ketimbang di masa-masa awal terbentuknya?

“Indoktrinasi melalui ideologi paling vital. Dalam segi agama, misalnya, ada yang disebut sebagai eskatologi Islam. Paham bahwa pertempuran akhir zaman kelak akan terjadi di wilayah Sham (sering disebut sebagai Greater Syria, mencakup Suriah, Jordania, Libanon, Palestina, dan Israel), terus dijejali.”

Di samping itu, kepercayaan kontemporer juga cukup berpengaruh. Realitas kekacauan dan penderitaan yang bersumber dari Arab Spring terus-menerus dieksploitasi sebagai jalan menuju restorasi kekhalifaan Islam, seperti dinyatakan secara tegas dalam buku best-selling The Two-Arm Strategy.

“Dijejali pula paham tentang adanya kekejaman pemerintah atas kaum Muslim Sunni. Ini yang sering memancing pemberitaan di pers-pers lokal. Terlebih, jika dibanding dengan Afghanistan pada akhir 80-an dan 90-an, jihadis Indonesia sendiri memang kebanyakan memilih bergabung untuk berperang, bukan lagi hanya untuk berlatih.”

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mengerti dan tahu bahwa internet memberi kemungkinan apa saja, maka kita pun bisa memanfaatkannya demikian. Sekadar mempelajari pola persebaran jihadisme kelompok ekstremis brutal saja, kiranya sudah lebih dari cukup.

Dari sana, cara perumusan pencegahannya justru akan mudah dicapai. Tentu ini jauh lebih baik ketimbang terus-terusan mengecam produk ilmu pengetahuan (internet) yang sudah jadi keniscayaan itu. Tak perlulah ikut-ikutan jadi penganut kaum bumi datar.

Apa yang ingin ditunjukkan oleh Najib dalam bahasan itu adalah bahwa pola perekrutan ISIS hari ini sangat berbahaya. Meski awalnya melalui simulasi game, yang itu sering dimainkan oleh generasi-generasi labil, kemungkinan besar justru itulah yang paling berpotensi membangun semangat jihadisme, bahkan dari sejak dini.

Akibat rentannya dunia maya sebagai ruang persebaran ekstremisme dan terorisme, maka upaya penanggulangan pun tak sekadar harus bertumpu pada pengadaan kebijakan oleh otoritas di bidang terkait seperti Kominfo. Masyarakat sendiri harus benar-benar tahu bagaimana pola persebaran itu berjejaring dan mendorong untuk mengambil sikap perlawanan atasnya.

Ya, semua harus terlibat dalam upaya penanggulangan terorisme. Dalam keluarga, itu bisa dimulai dari pola pengawasan pemakaian gawai oleh orangtua untuk anak-anaknya. Apalagi ada simulasi game yang ternyata punya potensi perekrutan yang hebatnya luar biasa.

Untuk mahasiswa, terutama bagi mereka yang telah ikut Workshop & Kelas Menulis Countering Violent Extremism (CVE) ini, bisa mengupayakannya melalui penulisan-penulisan seputar kontraterorisme di media-media massa maupun sosial. Bekal ilmu yang telah diterima selama 3 hari dalam kegiatan ini justru akan lebih bermanfaat jika digunakan sebagaimana peruntukannya.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2Ju1MFW
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Beberapa waktu belakangan ini, isu intoleransi dan radikalisme benar-benar mencuat ke permukaan. Kelompok intoleran dan radikal makin bera...

Sebuah Obsesi Bercinta dengan Bidadari

Beberapa waktu belakangan ini, isu intoleransi dan radikalisme benar-benar mencuat ke permukaan. Kelompok intoleran dan radikal makin berani menunjukkan eksistensinya. Dua kelompok yang pada dasarnya memiliki benang merah keterkaitan itu seperti mendapat panggung di negara ini.

Media sosial sempat heboh saat seorang bhante (bhikhu) dipersekusi di Legok, Kabupaten Tangerang. Sang bhante dipaksa meninggalkan kampung halamannya  karena melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya.

Malang nasib sang bhante, ia berada di tengah permukiman penduduk yang mayoritasagama berbeda dengan sang bhante. Warga yang mengusir berdalih, sang bhante telah melakukan pelanggaran karena melakukan aktivitas ibadah di rumah.

Bagaimana mungkin aktivitas ibadah di rumah adalah pelanggaran? Jika acuannya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat , tentu tidak relevan karena peraturan itu mengatur tata cara pendirian rumah ibadah, bukan mengatur apalagi melarang orang beribadah di rumah.

Kemudian, terjadi peyerangan ke Gereja Lidwina di Yogyakarta. Khidmat ibadah diganggu oleh orang yang terobsesi bercinta dengan bidadari. Menggunakan samurai, Suliyono membabi-buta menyerang pemuka agama dan jemaat gereja. Bahkan, patung Bunda Maria juga ia tebas. Gila!

Kelompok intoleran makin percaya diri mendeklarasikan kesahihan ajaran kelompoknya. Ajaran di luar kelompoknya didakwa sesat, kafir, atau sebutan lain yang bermakna stigma negatif.

Kelompok intoleran ini, mengklaim kebenaran ekslusif. Mereka memaknai ayat suci dengan sangat tekstual. Kalau pun menggunakan tafsir, yang dipakai adalah tafsir yang sesuai dengan visi mereka. Sedangkan tafsir lain akan dikesampingkan keberadaannya.

Padahal, dalam memahami dan memaknai ayat Alquran, harus ditinjau pula sebab-musabab turunnya ayat (asbabun nuzul) serta kronologis turunnya ayat (asbabul wurud). Namun, sempitnya ideologi kelompok intoleran membuat semua aspek pemahaman diabaikan. Pokoknya yang lain sesat, kafir.

Memaknai ayat Alquran secara tekstual membuat interpretasi menjadi sempit dan dangkal. Akibatnya, premis salah dijatuhkan kepada kelompok lain di luar kelompok mereka. Kelompok intoleran pun menolak perbedaan. Bagi mereka yang berbeda harus diperangi karena gelimang kemewahan surga menanti.

Lalu bagaimana dengan kelompok radikal? Intoleransi adalah embrio gerakan radikal. Pemahaman sempit akan agama dari kelompok intoleran pada ujung menumbuhkembangkan sikap radikal. Nalar agama yang tidak sehat membuat kelompok intoleran dan radikal tidak bisa memahami sepenuhnya hakikat bernegara apalagi memaknai hakikat perbedaan.

Padahal, bila nalar sehat dan didukung pemahaman agama yang moderat, maka akan sadar bahwa bernegara berarti menerima perbedaan. Kemajemukan adalah kepastian dan tradisi budaya lokal bukanlah sesuatu yang harus dimusnahkan.

Namun, kesalahan nalar kelompok intoleran radikal membuat perbedaan, kemajemukan, tradisi, serta konsep berbangsa dan bernegara lainnya adalah haram, bid’ah, thagut, kafir.

Kelompok ini pun sangat tidak dewasa dalam menerima perbedaan (pandangan). Kebenaran hanya ada di pihak mereka. Yang berlawanan dengan mereka sudah pasti salah. Karena salah maka harus dilawan dan dimusuhi, dihancurkan.

Kelompok intoleran dan radikal melakukan pemasungan akal dan kewarasan. Mereka tutup pintu ‘ijtihad yang juga berarti menutup pintu agama.

Padahal, ‘ijtihad adalah salah satu melepaskan belenggu-belenggu yang mengikat akal. Oleh karenanya dengan mengikat atau memasung akal berarti sama saja dengan memasung agama.

Sebagian dari mereka mengklaim sebagai ulama yang berarti orang berilmu. Namun, meski keilmuannya justru melahirkan sikap fanatik. Maka sebenarnya, keadaan orang berilmu itu jauh lebih buruk daripada orang bodoh.

Hal ini didasarkan, pada saat orang berilmu secara aktif fanatik pada pemahamannya, ia sebenarnya tidak sedang fanatik terhadap agama dan Islam melainkan fanatik terhadap pemahaman atau ajarannya sendiri alias individu yang diikutinya.

Kefanatikkan semacam ini bisa dijumpai dengan mudah utamanya di media sosial. Medsos tak ubahnya majelis taklim yang dipoles dengan ragam gaya bahasa yang keras, penuh caci maki, dan ujaran benci.

Mereka tak peduli heterogenitas. Pokoknya, di bumi ini, selain mereka tidak boleh ada lagi manusia. Kecuali mau tunduk dan patuh pada mereka.

Mereka memperkosa makna dakwah dan membengkokkan makna jihad. Fenomena semacam ini merupakan gejala kebutaan ideologi. Para juru dakwah ujaran benci itu berlindung di balik ideologi. Untuk mempertahankan identitas, mereka tak sungkan mengobarkan permusuhan. Di tangan mereka, ajaran agama berubah menjadi kisah horor.

Orang-orang yang berada di kelompok ini kerap memanfaatkan para pencari Tuhan. Banyak orang yang ingin memahami agama dengan lebih mendalam malah dijerumuskan ke pemahaman yang ekstrem. Bisa dikatakan, salah mendapat guru.

Keinginan memahami agama tidak salah, sayangnya bertemu guru yang salah. Ditanamkanlah ideologi intoleran radikal. Hingga menolak pemahaman lain. Yang penting jihad, syahid, masuk surga, lalu bercinta dengan puluhan bidadari sepuasnya.

Jika dianalisis, sedikitnya ada 4 faktor yang menyebkan gerakan intoleran radikal tumbuh di Indonesia. Keempat faktor itu adalah faktor ideologi, faktor ekonomi, faktor frustasi, dan faktor internasional ketidakpuasan atas perilaku negara barat. Guna menyelesaikannya, tentu saja memerlukan kehadiran negara.

Faktor ideologi adalah faktor yang (mungkin) paling sulit dibenahi. Sebab ideologi tertanam di dalam hati. Cara mengurainya adalah dengan melakukan dialog terus-menerus hingga hati dan nalarnya tersentuh.

Jika mereka menggunakan dalil maka lawan dengan dalil. Mereka gunakan fatwa lawan dengan fatwa. Mereka gunakan tulisan lawan dengan tulisan. Intinya, adu argumentasi dan dialog tanpa henti.

Gerakan pemberantasan diperlukan, tapi bukan cara satu-satunya. Cara yang mesti ditempuh adalah dialog terus menerus membolak-balikkan nalar kelompok radikal. Memang perlu waktu lama, tapi itulah caranya.

Terkait faktor ekonomi, pemerintah harus mengimplementasikan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Pemerataan ekonomi harus dilakukan agar masyarakat pra sejahtera tidak direkrut kelompok ini. Jika kelaparan, bisa saja kelompok garis keras datang menawarkan bantuan. Maka bergabunglah orang itu.

Faktor frustasi juga bisa berkaitan dengan faktor ekonomi. Tidak kunjung mendapat pekerjaan bisa membuat orang stres hingga akhirnya dirangkul kelompok ekstremis. Intinya pemerintah harus selalu hadir di tengah masyarakat yang masih banyak hidup dalam himpitan problem kehidupan dan ekonomi.

Untuk itulah, komunikasi serta kepedulian sosial harus dibangun. Jangan cuek bila tetangga tidak punya beras. Jangan saling acuh. Sebab saat orang merasa tidak dipedulikan di situlah celah masuk kelompok intoleran radikal.

Sedangkan faktor ketidakpuasan terhadap negara barat, biasanya disebabkan atas anggapan mereka bahwa perilaku negara barat kerap menekan negara Islam. Oleh karena itulah, negara dan kita semua harus aktif menyuarakan misi kemanusiaan. Negara dan kita juga mesti menggaungkan kebersamaan agar pertikaian itu segera dihentikan.

Jika negara dan kita semua hadir, kiranya gerakan radikal dan terorisme bisa kita tekan. Wallahu a’lam.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2yJUnhv
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Muhammadiyah dan PBNU Teken 4 Pernyataan Bersama Untuk Kesatuan NKRI

0 coment�rios:

Setelah menerima penghargaan dari Komnas Perlindungan Anak pada tanggal 27 September kemaren, Kapolres Tanah Datar AKBP H. Bayuaji Yudha Pra...

Pemimpin Peduli Anak, Sebuah Karakteristik Seorang Muslim Sejati

Setelah menerima penghargaan dari Komnas Perlindungan Anak pada tanggal 27 September kemaren, Kapolres Tanah Datar AKBP H. Bayuaji Yudha Prajas. SH terpilih menjadi pemenang dalam kategori Kapolres Peduli Anak. Acara yang diadakan oleh Media Center Mitra Polri ( MITRA POL) ini, dalam rangka memperingati HUT MITRAPOL ke-2, Rabu (31/10) di Gedung Bhayangkari Mabes Polri.


Pada penganugrahan tersebut, Kapolres Tanah Datar berhasil memenangi Kategori Peduli Anak dari 13 Kategori yang telah ditetapkan oleh MITRA POL. Kapolres Tanah Datar berhasil mengalahkan nominasi lainnya dalam Kategori Kapolres Peduli Anak tersebut.
Ada 5 Kapolres yang menerima penghargaan yang diberikan pada acara tersebut yaitu Kapolres Berprestasi, Kapolres Idola Masyarakat, Kapolres Peduli Sosial, Kapolres Media Sosial dan Kapolres Peduli Anak.

“Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT atas penghargaan yang diberikan, semoga ini menjadi semangat dan dorongan untuk bekerja lebih baik lagi. Sebagai pemenang Kapolres Peduli Anak, saya mengucapkan terima kasih kepada anak-anak yang telah berkontribusi Kabupaten Tanah Datar khususnya Polres Tanah Datar. Piala ini saya dedikasikan untuk anak-anak Indonesia khususnya Tanah Datar” ujar Kapolres Tanah Datar.
Jend. Pol (Purn) . Drs. Roesmahadi SH. MH sebagai pimpinan Umum dari MITRA POL melihat Kapolres Tanah Datar memiliki Program-program dimana Hak-Hak anak diberikan. Salah satunya adalah Bus Sekolah. Dengan menggunakan Kendaraan yang ada, Kapolres Tanah Datar memanfaatkan dengan semaksimal mungkin untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah hingga selamat. Ini merupakan suatu ide yang sangat kreatif dan inovatif.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2RqN7hA
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh beberapa oknum BANSER Garut menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Pro-kontra mewarnai aksi...

Klaim Keliru Atas Bendera Rasulullah

Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh beberapa oknum BANSER Garut menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Pro-kontra mewarnai aksi yang bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2018. Banyak pihak, mulai dari ormas Islam, tokoh masyarakat, politisi, masyarakat umum, sampai netizen ikut mengungkapkan pandangannya. Mayoritas mengkritik habis-habisan, tetapi tak sedikit pula yang tak ikut menyalahkan BANSER.

Terdapat alasan kuat di balik pro-kontra aksi pembakaran. Pihak pro mengatakan bahwa itu adalah bendera HTI, ormas Islam terlarang. Sementara yang kontra menganggap bendera tersebut adalah bendera Rasulullah. Lantas mana pendapat yang paling sesuai bila dilihat dari konteks komunikasi antarbudaya?

Makna dan Fungsi Bendera
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bendera diartikan sebagai sepotong kain atau kertas segi empat atau segitiga (diikatkan pada ujung tongkat, tiang, dan sebagainya) dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, badan, dan sebagainya atau sebagai tanda; panji-panji; tunggul: sering dikibarkan di tiang, umumnya digunakan secara simbolis untuk memberikan sinyal atau identifikasi. Dari pengertian tersebut, dapat disederhanakan bahwa fungsi bendera yaitu sebagai tanda, simbol yang menunjukkan identitas.

Dalam bahasa hadis, bendera (red: Royah dan Liwa’) berfungsi sebagai simbol perang dan menjadi tanda di mana posisi pemimpin perang. Pun demikian, pembawa bendera adalah komandan perang, atau terkadang diserahkan kepada pasukan yang berada di barisan terdepan. Demikian yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari.

Simbol sebagai Identitas
Dalam konteks komunikasi antarbudaya, simbol menjadi suatu hal yang sangat penting. Simbol berperan sebagai representasi atau perwakilan dari suatu hal yang lebih besar. Orang lain bisa mengenal budaya orang lain melalui simbol-simbol yang dikenakan. Pemaknaan terhadap simbol dilakukan dengan analisis konteks di mana simbol itu dibangun (Irwan Abdullah, 2006 : 21). Jadi simbol bisa disepakati maknanya oleh orang lain berdasarkan konteks sosial-budaya.

Simbol-simbol yang digunakan pada akhirnya melahirkan “identitas”. Littlejohn dalam bukunya Theories of Human Communication menyebutkan bahwa identitas berfungsi sebagai “kode” yang mendefinisikan keanggotaan individu / kelompok dalam komunitas yang beragam. (Littlejohn, 2009: 131). Identitas menjadi suatu ciri khas pengenalan kelompok kepada kelompok lain.

Bendera Indonesia dan Monako: Sama Tapi Berbeda
Dari kedudukannya sebagai simbol, kehadiran bendera bisa menjadi identitas bagi suatu negara. Hal ini bisa dilihat dari bendera Indonesia. Indonesia memiliki bendera dengan komposisi warna merah dan putih. Warna merah berada di bagian atas, dan putih di bawah (red: merah-putih). Tetapi kalau dicermati negara lain, akan ditemukan bendera dengan komposisi serupa, yaitu Monako. Kesamaan tersebut akan memunculkan dugaan salah satu negara menjiplak bendera.

Kalau ditinjau dari konteks historis, ternyata bendera Monako lebih dahulu disahkan daripada bendera Indonesia. Merah-putih sah menjadi bendera Monako  pada 4 April 1881. Sementara Indonesia baru sah memakai komposisi merah-putih sebagai bendera pada 17 Agustus 1945, saat proklamasi kemerdekaan. Kesamaan tersebut tidak menjadikan Monako menuntut Indonesia. Kedua negara tahu dan paham bahwa meskipun komposisi warna bendera sama, tetapi tetap berbeda.

Bendera Monako memiliki proporsi 4:5, hampir berbentuk persegi. Berbeda dengan Indonesia, proporsi merah-putihnya 2:3. Perbedaan proporsi tersebut menjadikan masing-masing bendera memiliki ciri khas. Indonesia dan Monako memiliki “Identitas” masing-masing melalui merah-putihnya. Sehingga dengan identitas yang dimiliki, kedua negara bisa dikenali berdasarkan simbol khasnya.

Klaim Keliru Atas Bendera Rasulullah

Sebagian orang menganggap bendera yang dibakar oleh oknum BANSER sebagai “Bendera Rasulullah”. Padahal di Indonesia, bendera tersebut dipopulerkan oleh HTI. Berdasarkan konteks komunikasi antarbudaya, bendera tersebut tidak bisa disebut sebagai bendera Rasulullah. Salah satu penyebabnya karena perbedaan khat tulisan. Perbedaan khat tidak bisa dipandang remeh. Karena berbeda sedikit saja akan sangat berpengaruh terhadap identitas yang direpresentasikan oleh simbol.

Yahya Wahib Al-Jabburi dalam kitabnya Al-Khat wa Al-Kitabah fi al-Basarah al-‘Arabiyyah cetakan Dar al-Gharb al-Islam menjelaskan, pada masa awal Islam hanya dikenal satu jenis khat kaligrafi, yaitu Khat Kufi . Khat Kufi dikenal oleh masyarakat Islam sejak masa Umar bin Khattab. Dalam menulis al-Qur’an, Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya menggunakan model tulisan Kufi sederhana. Pada masa ini, tulisan tidak memiliki penanda vokal  dan pembeda konsonan. Selain itu, masih belum dikenal penanda kalimat yang berupa titik, koma, ataupun hiasan tulisan.

Baca Juga:  NU, Demokrasi dan Penolakannya Terhadap Gagasan Khilafah

Sedangkan bendera yang dipopulerkan oleh HTI memiliki jenis Khat Tsuluts. Khat Tsuluts ini dirintis oleh Ibn Muqlah (w. 328 H.) pada pemberian titik dan ukuran tulisan. Khat ini mulai terlihat bentuk indahnya sejak dikembangkan oleh Ibn al-Bawwab ‘Ali ibn Hilal al-Baghdadi (w. 413 H.). Jarak waktu yang sangat jauh dengan masa Rasulullah maupun Sahabat.

Maka, berdasarkan pemahaman terhadap simbol dan identitas, bendera yang dibakar oleh oknum BANSER adalah Bendera HTI. Bukan Bendera Rasulullah sebagaimana yang diklaim sebagian pihak. Pun demikian, jika tetap memaksakan menyebut Bendera Rasulullah, maka bendera ISIS bisa disebut juga Bendera Rasulullah. Karena bendera ISIS juga bertuliskan kalimat tauhid. Bahkan, jenis khat yang digunakan lebih klasik daripada bendera HTI. Demikian juga tidak adanya tanda baca, harusnya semakin menguatkan untuk menyebutnya sebagai bendera Rasulullah. Tetapi apakah mereka berani dan mau? Tidak!

*Oleh : Iwan Hantoro, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2qgZWPQ
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Foto : Pemberian Hadiah Umroh kepada para pemenang MTQ Kapolda Cup Di Gresik GRESIK,  – Berakhir sudah lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MT...

Alhamdulillah,.. Para Pemenang Lomba MTQ Kapolda Cup Dapat Hadiah Umroh

Foto : Pemberian Hadiah Umroh kepada para pemenang MTQ Kapolda Cup Di Gresik

GRESIK,  – Berakhir sudah lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kapolda Cup tahun 2018 yang digelar Polres Gresik yang berlangsung pada Sabtu, 27 Oktober 2018 di Halaman Mapolres Gresik.

Hadir pada kegiatan tersebut, Bupati Gresik Dr. Ir. H. Sambari Halim Radianto.,ST.,M.si, Majelis ILMI PP JQHNU Bapak Rois, Ketua Umum PP JQHNU Drs. KH. Saifulloh Mas’hum., SQ, Ketua IV PP JQHNU Tebuireng., Ahmad Ari Masyhuri., SQ., MA, Pengasuh PP MADRASATUL QURAN Tebuireng Dr. KH. Musta’in SyafJi’i., M.Ag, Ketua PWNU Jawa Timur  KH. Masrzuki Mustamar, Ketua MUI Kab. Gresik KH. Mansyur Sodiq., M.Ag, PJU dan anggota Polres Gresik serta Toga, Tomas Kabupaten Gresik.

Setelah resmi dibuka oleh Waka Polda Jatim Brigjen M.Iqbal, S.I.K., M.H. pada tanggal 26 Oktober 2018 pada malam (27/10/18) kordinator dewan Hakim KH. Syaiful Munir  mengumumkan hasil pemenang lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kapolda Cup tahun 2018 di Polres Gresik Jam’iyyatul Qurra Wal Huffaz.

Bersama Bupati Gresik, Kapolres Gresik menyerahkan langsung Piala, Sertifikat, Tropy serta hadiah Umroh bagi juara 1 putra dan putri Lomba 1 juzz dan tilawah, 5 juz dan tilawah serta 10 juzz hafizz.

Kapolres Gresik dalam sambutannya menyampaikan terimakasih karena acara yang selenggarakan mulai tanggal 26 Oktober 2018 hingga malam (27/10/18) dapat berjalan lancar. Kegiatan MTQ ini diikuti oleh 22 perwakilan cabang (PC) dan komisariat. Total peserta +- 148 dengan rincian Cabang 1 Juz Tilawah sebanyak +-51 peserta putra dan putri 5 Juz Tilawah sebanyak  sebanyak 44 peserta Putra dan putri 10 Juz Tilawah sebanyak 53 peserta putra dan putri.

” Untuk masing-masing cabang akan diambil juara 1, 2, 3, dan Harapan 1, Harapan 2, Harapan 3 dan untuk hadiah 1 Tropi Bergilir Kapolda Cup untuk juara umum, Umrah Bagi 6Juara terbaik dengan nilai terbaik dari semua cabang lomba putra dan putri dan Sertifikat, tropy, dan dana pembinaan dari masing-masing cabang lomba baik putra dan putri serta hadiah Umroh bagi juara 1 putra dan putri Lomba 1 juzz dan tilawah, 5 juz dan tilawah serta 10 juzz hafizz.
” jelas Kapolres.

Sebagai Kota Santri, lanjut Kapolres menambahkan dengan kegiatan seperti ini diharapakn mampu mendinginkan suasana Kamtibmas diwilayah Kabupaten Gresik jelang Pemilu 2018.

“Semoga dengan terselanggaranya kegiatan ini sebagai peringatan hari santri dan hari sumpah pemuda, menjadikan generasi muda dan anggota Polres yang mencintai Al quran serta gemar membaca Al Quran” pungkas Kapolres Gresik. (yon)



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2OW8kTM
via Muslim Sejati

0 coment�rios:

Ciptakan Situasi Wilayah Tetap Sejuk, Kapolres Gresik Kukuhkan Da’i Kamtibmas Tribratanews-gresik.com – Polres Gresik terus melakukan seju...

Berusaha Sebarakan Ukhuwah Islamiyah, Kapolres Gresik Bentuk Da’i Kamtibmas

Ciptakan Situasi Wilayah Tetap Sejuk, Kapolres Gresik Kukuhkan Da’i Kamtibmas

Tribratanews-gresik.com – Polres Gresik terus melakukan sejumlah inovasi dalam rangka meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) tetan aman dan sejuk di Kabupaten Gresik. Kali ini, Polres Gresik merangkul sejumlah da’i sebagai mitra dalam meningkatkan kamtibmas.

Pelaksanaan Pengukuhan Dai Kamtibmas di Wilayah hukum Polres Gresik, sebagai Forum Kemitraan antara Kepolisian dengan elemen masyarakat khususnya para Ulama dan Kyai oleh Kapolres Gresik AKBP Wahyu S Bintoro, SH SIK MSi. bertempat di Aula Putri Mijil Pendopo Bupati Gresik, Selasa (30/10/2018) pukul 13.30 WIB.

 

Pada kegiatan pengukuhan Da’i Kamtibmas Polres Gresik dihadiri PJU Polres Gresi, Kapolsek Jajaran Polres Gresik, Ketua MUI Gresik, Ketua PCNU Gresik, Perwakilan Muhammadiyah Gresik, Ketua LDII Gresik, Kesbangpol Gresik, Kemenag Gresik dan para tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Kapolres Gresik pada kesempatan tersebut mengatakan Sebagai aparat penegak hukum yang bertanggungjawab atas keamanan wilayah menjadikan Polri terus berinovasi dalam menangani perkembangan ancaman yang menjadi ambang gangguan saat ini.

Berbagai ancaman seperti ancaman kebhinekaan yang berpotensi melahirkan konflik terhadap keutuhan NKRI, Perkembagan teknologi informasi yang semakin berkembang juga akan menimbulkan kejahatan cyber crime yaitu kejahatan didunia maya serta ancaman Intoleransi yang  erat hubungannya dengan kelompok, ras, suku dan agama yang dapat memecah belah persatuan bangsa.

“Dengan mitra yang dibangun melalui Da’i Kamtibmas Polres Gresik, Kami berharap peran aktif para Da’i dapat membantu menciptakan situasi kamtibmas diwilayah dimana masyarakat dapat merasa aman, damai dan sejahtera” pungkas Kapolres.

Pengukuhan 50 da’i binaan Polsek dan Polres Gresik ditandai dengan penyematan pin dan pembagian jaket sebagai Da’i Kamtibmas Polres Gresik.



from MUSLIM SEJATI https://ift.tt/2qipMDh
via Muslim Sejati

0 coment�rios: